JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan pegawai Kementerian Keuangan Triyono Utomo Abdul Sakti dan keluarganya kini ditampung dan dibina Dinas Sosial di Bambu Apus, Jakarta Timur, usai diperiksa oleh Densus 88.
Triyono beserta istri dan ketiga anaknya dideportasi dari Turki karena hendak bergabung dengan ISIS di Suriah.
"Ada rumah titipan semacam perawatan, aman juga. Anaknya juga masih ada yang balita. Jadi dikerjasamakan dengan Kementerian Sosial," ujar Kepala Divisi Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar di Auditorium PTIK, Jakarta, Selasa (31/1/2017).
Boy mengatakan, untuk sementara ini mereka belum dinyatakan sebagai tersangka atas niatan bergabung dengan ISIS, sama halnya dengan 17 warga negara Indonesia yang sudah dideportasi sebelumnya dari Turki karena alasan serupa.
"Lebih kepada kerja sama dengan Kemensos dan pengambilan bahan keterangan," kata Boy.
(Baca: Jual Harta Benda, Mantan Pejabat Kemenkeu Ingin Gabung ISIS)
Boy mengatakan, banyaknya WNI yang berhasil direkrut ISIS menjadi catatan tersendiri bagi Polri untuk memperketat pengawasan. Kasus ini, kata dia, menjadi pencerahan agar tak ada lagi WNI yang tergiur untuk berangkat ke Suriah dengan niat bergabung ke kelompok radikal itu.
"Daerah sana masih daerah konflik, lebih bagus tetap di negara kita sendiri. Toh di sini tidak ada larangan untuk menjalankan kegiatan ibadah agama," kata Boy.
Triyono diketahui merupakan mantan pegawai Kemenkeu dengan pangkat terakhir di llIC. Ia telah mengajukan pengunduran Diri sebagai PNS Kemenkeu pada Februari 2016 silam.
(Baca: Polisi Sebut Perekrut ISIS Mulai Incar Kalangan Intelektual)
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 7591KM,1/UP.72/2016, Triyono diberhentikan sebagai PNS atas dasar pemintaan sendiri mulai Agustus 2016.
Berdasarkan pemeriksaan Polri, Triyono dan keluarganya meninggalkan Indonesia menuju Thailand pada 16 Agustus 2016. Setelah itu, mereka meneruskan penerbangan ke Turki.
Di Turki, Triyono sempat berpindah-pindah penginapan termasuk tinggal dipenampungan selama 3 bulan dengan tujuan ke Suriah. Namun, ia tertangkap oleh Tentara Turki pada 16 Januari 2017 bersama 20 orang lainnya.