JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki kenaikan Corruption Perseption Index (CIP) tahun 2016.
Indonesia memiliki skor 37 poin yang secara global berada pada urutan ke-90 secara global.
Teten menilai, kenaikan satu poin itu tidak cukup bagi Indonesia.
"Naik satu poin tentu tidak cukup. Pasti Presiden kita tidak happy kalau poin CPI kita hanya naik satu poin," kata Teten di USP peluncuran CPI Indonesia di Hotel Saripan Pasific, Jakarta, Rabu (25/1/2017).
Teten menyebutkan, pemerintah berharap ada kenaikan lebih besar dari CPI.
Alasannya, CPI Indonesia menjadi salah satu acuan dalam investasi.
"Ada kepastian hukum sehingga orang tidak ragu untuk bisnis karena mereka yakin asetnya tidak hilang," ujar Teten.
Merespons hasil ini, pemerintah akan mengundang Transparency International Indonesia (TII) untuk memaparkan capaian indeks persepsi korupsi itu.
"Saya kira karena penting secara detil kami tahu apa yang harus dilakukan oleh pemerintah," ucap Teten.
Peningkatan CPI Indonesia sebesar satu poin ternyata mengalami penurunan di level global.
Pada tahun 2015, untuk level globalC, PI Indonesia berada di urutan 88, sedangkan pada 2016 turun dua poin menjadi peringkat 90.
Denmark dan Selandia baru dengan 90 poin memiliki skor tertinggi. Disusul oleh Finlandia (89 poin), Swedia (88 poin) dan Swiss (86 poin).
Kenaikan skor CPI Indonesia belum mampu menyaingi negara tetangga seperti Malaysia (49 poin), Brunei (58 poin) dan Singapura (85 poin).
Indonesia hanya berada di atas Thailand (35 poin), Filipina (35 poin), Vietnam (33 poin), Myanmar (28 poin), dan Kamboja (21 poin).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.