Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rachmawati Soekarnoputri Duga Ada yang Sengaja Rancang Kasus Makar

Kompas.com - 10/01/2017, 20:27 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Tersangka kasus dugaan makar, Rachmawati Soekarnoputri, menduga kasus yang menjerat dirinya dan tujuh orang lain atas dugaan makar telah dirancang oleh pihak tertentu. Hal itu disampaikan Rachmawati saat bertemu dengan pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat, Selasa (10/1/2017).

Selain Rachmawati, hadir pula Ahmad Dhani, Kivlan Zein, Ernalia Sri Bintang, Hatta Taliwang, dan beberapa anggota Advokat Cinta Tanah Air (ACTA).

Dalam kesempatan itu, pihak DPR yang menyambut audiensi adalah Wakil Ketua Fadli Zon serta anggota Komisi III, Wenny Warouw dan Supratman Andi Agtas.

Rachmawati bercerita, dugaan itu muncul kali pertama dalam aksi damai pada Jumat (4/11/2016) lalu. Saat itu, setelah pukul 20.00 WIB, kerusuhan terjadi.

(Baca: Polisi Sebut Tersangka Dugaan Makar Gelar Pertemuan Lebih dari 10 Kali)

"Saya punya intuisi ini by design. Seolah-olah ada stigmanisasi karena sebelumnya ada yang menyebut gerakan ini ditunggangi aksi-aksi radikalisme. Tetapi, saya tolak pendapat dari beberapa orang," kata Rachmawati di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa.

Jelang dini hari, Presiden Jokowi memberikan keterangan resmi dari Istana negara bahwa kerusuhan yang terjadi setalah aksi damai ditunggangi oleh aktor politik.

Menurut Rachmawati, terdapat upaya untuk menyudutkan aksi Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI. Beberapa pihak menyebutkan massa yang tergabung saat aksi 4/11 itu merupakan aksi bayaran.

Rachmawati menuturkan, saat pertemuan pada Minggu (20/12/2016) di kampus Universitas Bung Karno (UBK), Jakarta, dia melakukan konsolidasi dengan tokoh-tokoh nasional dengan dua tema pembicaraan. Pertama, aksi solidaritas bela Islam dan bela negara dalam upaya mengembalikan UUD 1945 yang asli.

(Baca: Curhat ke Pimpinan DPR soal Kasus Makar, Rachmawati Menangis)

Kuasa hukum Rachmawati Soekarnoputri, Yusril Ihza Mehendra, sebelumnya menduga penangkapan Rachmawati dan sejumlah pihak terkait dengan pertemuan di kampus UBK itu. Hal itu disampaikan Yusril pada Jumat (2/12/2016) di Mako Brimob.

"Jauh-jauh hari sudah katakan agar UUD 1945 yang asli bisa kembali lagi. Saya menolak adanya amandemen UUD ke-5, ini bukan barang baru, tahun lalu sudah kami sampaikan. Kami beritakan untuk kembali ke UUD yang asli. Jadi ini dipelintir," ujar Rachmawati.

Kemudian, pada Kamis (1/12/2016), jumpa pers digelar di Hotel Sari Pan Pasific. Saat itu, Rachmawati menyampaikan akan melakukan aksi damai dan memberikan petisi ke Ketua MPR.

(Baca: Dari Balik Jeruji, Sri Bintang Bantah Terlibat Upaya Makar)

Sebelum penyampaian petisi ke MPR pada 2 Desember 2016 terjadi, Rachmawati mengaku telah memberikan surat pemberitahuan ke Polda Metro Jaya. Dipekirakan, sekitar 20.000 orang akan berjalan keluar Gedung MPR.

Selain kepada Polda Metro, Rachmawati juga mengaku telah berkomunikasi perihal kedatangannya kepada Ketua MPR Zulkifli Hasan melalui telepon. Jika tidak memungkinkan, Zulkifli akan digantikan oleh Hidayat Nurwahid.

"Beliau (Zulkifli) mengatakan akan mengusahakan. Karena beliau hadir di Monas ada zikir. Jadi, tidak ada persinggungan yang dituduhkan kepada kami melakukan makar atau pemufakatan jahat itu," ujar Rachmawati.

Kompas TV Soal Dana Makar, Polisi Dalami Peran Firza Husein
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Nasional
Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Nasional
Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Nasional
PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

Nasional
Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Nasional
Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Nasional
Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Nasional
Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com