Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perempuan dan Terorisme

Kompas.com - 06/01/2017, 12:56 WIB

Oleh: Said Aqil Siroj

Dalam waktu belum lama berselang, lagi-lagi kita dikejutkan oleh dua kasus penangkapan perempuan oleh aparat kepolisian.

Kasus pertama, penangkapan Dian Yulia Novi di Bekasi. Penangkapan Dian ini sekaligus membuktikan, jejaring terorisme bukan lagi domain kaum lelaki semata, melainkan sudah melibatkan jejaring kaum perempuan secara aktif. Bermula dari seorang tenaga kerja wanita (TKW) di luar negeri yang bersimpati dengan perjuangan Islam di Suriah, Dianmengaku mengalami proses indoktrinasi jihad qital melalui internet, khususnya melalui jejaring Facebook dan situs radikal lain, termasuk situs jihad online yang dikelola jejaring Aman Abdurrahman.

Setahun mempelajari doktrin dan ajaran takfiri Ustaz Aman dan perkenalan dengan jejaring teror Bahrun Naim via telegram, Dian merasa sudah sangat yakin dan siap menjadi ”pengantin” yang hendak meledakkan diri dengan target Istana Negara

Kasus kedua, penangkapan Ika Puspitasari alias Salsabila di Purworejo. Perempuan lain yang juga diduga kuat terlibat tindak pidana terorisme. Kasus ketiga, penangkapan Jumiatun Muslim alias Atun alias Bunga alias Umi Delima, istri Santoso, pimpinan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang tewas tertembak dalam operasi Tinombala. Atun ditangkap di Desa Tambarana, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.

Ketiga perempuan ini tentu telah berbaiat ke Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) di bawah pimpinan Abu Bakar al-Baghdadi yang bermarkas di Irak.

Tiga kasus terakhir menambah daftar panjang perempuan yang sudah menjalani hukuman atas keterlibatan dalam tindak pidana terorisme di Indonesia, antara lain Putri Munawwaroh, Inggrid Wahyu Cahyaningsih, Munfiatun, Rasidah binti Subari alias Najwa alias Firda, Ruqayah binti Husen Luceno, Deni Carmelita, Nurul Azmi Tibyani, Rosmawati, dan Arina Rahma.

Dalam proses persidangan di pengadilan, nama-nama itu secara sah terbukti terlibat dalam tindak pidana terorisme dan saat ini sebagian dari mereka ada yang masih menjalani hukuman. Sebagian lain telah bebas dan bahkan telah menikah kembali dengan napi teroris lain yang masih menjalani hukuman di penjara.

Mengapa perempuan?

Ada beberapa argumen yang bisa menjawab mengapa sel jejaring teroris NIIS di Indonesia kian gencar merekrut perempuan untuk menjadi pelaku bom bunuh diri dan tak sekadar aktif terlibat dalam kegiatan dakwah serta bantuan logistik semata.

Pertama, sel NIIS di Indonesia sedang meniru strategi dan taktik NIIS internasional yang melibatkan perempuan dalam peran-peran kombatan yang selama ini didominasi lelaki, termasuk pasukan artileri dan pasukan bom bunuh diri. Strategi ini diambil mengingat jumlah kombatan laki-laki NIIS di Irak dan Suriah terus berkurang akibat luka parah atau tewas dalam peperangan. NIIS di Suriah dan Irak saat ini mengalami banyak kekalahan. Menjadikan perempuan pelaku bom bunuh diri atau pasukan artileri dianggap efektif untuk mengelabui pasukan lawan.

Begitu juga saat ini di Indonesia sedang terjadi fenomena sama. Berbagai penangkapan anggota NIIS di Indonesia telah membuat sel ini kekurangan kader dan kombatan sehingga konsolidasi kian susah dan menuntut taktik dan strategi baru. Maka, pilihan untuk menjadikan perempuan sebagai martir adalah pilihan sebab keterdesakan.

Kedua, secara sosiologis, kaum perempuan, termasuk anak- anak, adalah kelompok rentan (the vulnerable groups).Dalam kasus Dian, pengalaman menjadi TKW di Singapura dan Taiwan selama hampir 4,5 tahun menunjukkan Dian berasal dari keluarga kurang mampu. Persisnya sekitar satu tahun, Dian mengaku sering membuka status-status Facebook para jihadis di Suriah dan sering mengonsumsi berita dan artikel keagamaan di situs millahibrahim.netyang berisi ajaran-ajaran Aman Abdurrahman tanpa nalar kritis.

Hal ini kian menguatkan hipotesis, latar belakang pendidikan keagamaan, dan sempitnya akses informasi yang diserap Dian memudahkan Bahrun Naim via telegram dan Solihin sebagai ”pseudo” suami dalam ikatan perkawinan siri untuk merekrut Dian sebagai pelaku bom bunuh diri. Meski dalam jumlah masih terbilang sedikit, potensi bahaya dan dampak perkembangan baru ini cukup mengkhawatirkan. Tidak menutup kemungkinan, di Indonesia ke depan, para perempuan yang menjadi martir.

Ketiga, banyak studi menunjukkan, perempuan yang menjadi TKW mengalami banyak kekerasan psikis dan fisik. Kekerasan ini lalu melahirkan patologi psikis berupa marah (anger), gelisah (anxiety), dan putus asa (despair). Patologi psikis ini menjadikan mereka kian rentan terhadap pengaruh apa pun. Semakin intens pengaruh luar yang masuk, akan makin kuat diserap mentah- mentah. Dian tampaknya mengalami hal sama. Ketika dalam masa ketertekanan psikis ini, setiap manusia selalu butuh mekanisme pertahanan diri (self-defence mechanism) untuk bertahan atas tekanan yang dialami.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Jatah Menteri Demokrat, AHY: Kami Pilih Tak Berikan Beban ke Pak Prabowo

Soal Jatah Menteri Demokrat, AHY: Kami Pilih Tak Berikan Beban ke Pak Prabowo

Nasional
Prabowo: Saya Setiap Saat Siap untuk Komunikasi dengan Megawati

Prabowo: Saya Setiap Saat Siap untuk Komunikasi dengan Megawati

Nasional
Tak Setuju Istilah Presidential Club, Prabowo: Enggak Usah Bikin Club, Minum Kopi Saja

Tak Setuju Istilah Presidential Club, Prabowo: Enggak Usah Bikin Club, Minum Kopi Saja

Nasional
1.168 Narapidana Buddha Terima Remisi Khusus Waisak 2024

1.168 Narapidana Buddha Terima Remisi Khusus Waisak 2024

Nasional
Menteri AHY Usulkan Pembentukan Badan Air Nasional pada WWF 2024

Menteri AHY Usulkan Pembentukan Badan Air Nasional pada WWF 2024

Nasional
Hormati Jika PDI-P Pilih di Luar Pemerintahan, Prabowo: Kita Tetap Bersahabat

Hormati Jika PDI-P Pilih di Luar Pemerintahan, Prabowo: Kita Tetap Bersahabat

Nasional
Setiap Hari, 100-an Jemaah Haji Tersasar di Madinah

Setiap Hari, 100-an Jemaah Haji Tersasar di Madinah

Nasional
PDI-P Sebut Anies Belum Bangun Komunikasi Terkait Pilkada Jakarta

PDI-P Sebut Anies Belum Bangun Komunikasi Terkait Pilkada Jakarta

Nasional
KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan dalam Kasus TPPU SYL

KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan dalam Kasus TPPU SYL

Nasional
Prabowo Koreksi Istilah 'Makan Siang Gratis': Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Prabowo Koreksi Istilah "Makan Siang Gratis": Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Nasional
Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Nasional
Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Nasional
KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

Nasional
Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Nasional
Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com