JAKARTA, KOMPAS.com - Dua terdakwa yang terkait dalam dugaan suap yang melibatkan anggota Komisi III DPR I Putu Sudiartana, Suhemi dan Novianti, mengikuti sidang pembacaan tuntutan di Pengadilan Tipikor Jakarta, Rabu (4/1/2017).
Suhemi, yang merupakan orang kepercayaan Putu, dituntut 4,5 tahun penjara dan denda Rp 250 juta subsider 3 bulan kurungan.
Sementara, Novianti, yang merupakan staf pribadi Putu, dituntut 5 tahun penjara dan denda Rp 250 juta subsider 3 bulan kurungan.
"Menuntut supaya majelis hakim menyatakan para terdakwa terbukti sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana korupsi," ujar Jaksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dzakiyul Fikri saat membaca surat tuntutan.
Menurut jaksa, kedua terdakwa dinilai melanggar Pasal 12 huruf a Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dalam UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.
Dalam pertimbangannya, jaksa menilai perbuatan kedua terdakwa bertentangan dengan program pemerintah memberantas korupsi.
Perbuatan keduanya juga dapat menurunkan kepercayaan masyarakat pada lembaga Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Kasus ini bermula pada sekitar Agustus 2015, saat Suhemi menemui pihak swasta bernama Desrio Putra.
Suhemi mengaku sebagai teman Putu dan menawarkan dapat membantu pengurusan anggaran di DPR.
Selanjutnya, Suhemi minta dipertemukan dengan Kepala Dinas Prasarana Jalan, Tata Ruang dan Pemukiman Provinsi Sumatera Barat, Suprapto.
Desrio Putra kemudian menjelaskan kepada Suprapto mengenai Suhemi yang dapat membantu menambah anggaran Dana Alokasi Khusus (DAK), yang dapat digunakan untuk pembangunan dan perawatan jalan di Provinsi Sumbar.
Suprapto kemudian meminta Desrio untuk menemui Indra Jaya, yang merupakan Kepala Bidang Pelaksana Jalan pada Dinas Prasarana Jalan, Tata Ruang dan Pemukiman, untuk mendiskusikan masalah anggaran tersebut.
Suprapto kemudian meminta Indra Jaya untuk membuat surat pengajuan DAK yang jumlahnya sebesar Rp 530,7 miliar.
Namun, setelah menemui Putu di Gedung DPR, Suprapto meminta Indra untuk menambah permintaan anggaran menjadi Rp 620,7 miliar.
Dalam pertemuan di Gedung DPR, Putu menjanjikan bahwa anggaran yang diusulkan tidak hanya untuk pembangunan jalan, namun juga untuk pembangunan gedung dan pengadaan air bersih.