Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meneladani Sikap Sabar dan Memaafkan dari Gus Dur

Kompas.com - 25/12/2016, 23:16 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Terkadang memaafkan bukan perkara mudah bagi seseorang. Apalagi bagi orang-orang yang merasa persoalan mereka begitu berat.

Di dalam batin mereka bukan tak mungkin akan bergejolak antara kesediaan memberikan maaf atau tidak. Di titik ini, maka kata maaf bisa jadi sulit terucap, hingga akhirnya berlalu dan terpendam.

Bagi Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, memaafkan berkaitan erat dengan kesabaran. Menurut dia, sulit rasanya tercipta maaf bila seseorang tak memiliki kesabaran. Untuk sikap soal kesabaran dan memaafkan itu, Gus Dur berpegang teguh dengan dua surat di Al Quran, yakni Surat Al Ashr ayat 1-3 untuk kesabaran dan Al Syura ayat 30 terkait memaafkan.

Dalam tulisannya yang berjudul “Besabar dan Memberi Maaf” di Memorandum tahun 2002, disebutkan beberapa tokoh dunia seperti Mahatma Gandhi dan Marthin Luther King menerapkan sikap bersabar dan pemaaf dalam perjuangan masing-masing.

Gandhi menolak kekerasan dalam perjuangannya di India dan Marthin Luther King yang gigih memperjuangkan hak-hak sipil warga kulit hitam di Amerika Serikat.

Menilik contoh itu, kesabaran dalam membawakan kebe­naran disebut Gus Dur sebagai sifat utama yang dipuji oleh sejarah. Sehingga, ia berpendapat bahwa setiap manusia memang memilki sifat kesadaran pentingnya bersabar. Lebuh jauh lagi, Gus Dur menilai bahwa konflik akan diliputi kekerasan tanpa kesabaran.

"Su­dah waktunya kita kaum muslimin kembali kepada ayat di atas dan mengambil kesabaran serta kesediaan memberi maaf, atas segala kejadian yang menimpa diri kita sebagai hikmah," tulis Gus Dur.

Mukhlas Syarkun (2009) dalam Ensiklopedi Abdurrahman Wahid: Spiritual Power Gus Dur mencontohkan sikap sabar dan pemaaf Gus Dur dalam menghadapi isu miring.

“Dalam era kepemimpinan Gus Dur sebagai Presiden Indonesia, entah sudah berapa banyak cacian, fitnah, teror dan sebagainya. Namun sepanjang kepemimpinannya itu lah Gus Dur tetap memperlihatkan kesabaran dan jiwa pemaafnya. Seperti guyonannya, “gitu aja kok repot.”,” tulis Mukhlas.

Sikap pemaaf Gus Dur lain mungkin tercermin dari kisah sepotong roti dari mantan ajudan Gus Dur, Priyo Sambadha. Cerita itu bermula kala Priyo yang merasa lapar dan terpaksa mengambil sepotong roti milik Gus Dur.

Roti isi gula itu langsung dimakan dengan perlahan. Peristiwa ini menarik lantaran Gus Dur bertanya soal sepotong roti hidangannya. Priyo pun kalang kabut dan takut bukan kepalang. Ia bergegas ke dapur dan membuatkan sepotong roti baru. Setelah dibuatkan roti baru, Gus Dur langsung melahap dan mengatakan kenyang karena memakan roti dari Priyo.

Priyo sendiri menyadari bahwa Gus Dur mengetahui tindakan Priyo. Namun, Gus Dur tak menyinggung dan membiarkan peristiwa itu berlalu.

Dari situ, Priyo memetik pelajaran bahwa Gus Dur memiliki sikap pemaaf. Barangkali sifat penyabar dan pemaaf Gus Dur ini turun dari sang ayah, Wahid Hasyim. Greg Barton (2002) dalam The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid menceritakan sikap Wahid Hasyim saat dicopot dari jabatan Menteri Agama.

Pencopotan karena masalah perjalanan haji itu sontak membuat teman-teman Wahid geram dan kecewa. Dengan santai, Wahid pun mengatakan tak memiliki rasa kecewa atas pecopotan dari kursi Menteri Agama.

“Saya masih bisa duduk di rumah saya. Ada beberapa kursi dan sebuah dipan panjang yang nyaman. Saya tinggal memilih,” ucap Wahid yang ditulis Barton.

Jawaban Wahid nampaknya belum memuaskan. Mereka menganggap pemerintah saat itu tak lagi memakai jasa pemimpinnya.

“Nah, kalau pemerintah tidak memperoleh kemaslahatan dari diri saya, maka sayalah yang akan mendapatkan maslahat itu untuk diri saya,” tulis Barton seperti ucapan Wahid.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 19 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 19 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 18 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 18 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Di Sidang SYL, Saksi Akui Ada Pembelian Keris Emas Rp 105 Juta Pakai Anggaran Kementan

Di Sidang SYL, Saksi Akui Ada Pembelian Keris Emas Rp 105 Juta Pakai Anggaran Kementan

Nasional
Dede Yusuf Minta Pemerintah Perketat Akses Anak terhadap Gim Daring

Dede Yusuf Minta Pemerintah Perketat Akses Anak terhadap Gim Daring

Nasional
Mesin Pesawat Angkut Jemaah Haji Rusak, Kemenag Minta Garuda Profesional

Mesin Pesawat Angkut Jemaah Haji Rusak, Kemenag Minta Garuda Profesional

Nasional
Anggota Fraksi PKS Tolak Presiden Bebas Tentukan Jumlah Menteri: Nanti Semaunya Urus Negara

Anggota Fraksi PKS Tolak Presiden Bebas Tentukan Jumlah Menteri: Nanti Semaunya Urus Negara

Nasional
Usai Operasi di Laut Merah, Kapal Perang Belanda Tromp F-803 Merapat di Jakarta

Usai Operasi di Laut Merah, Kapal Perang Belanda Tromp F-803 Merapat di Jakarta

Nasional
Kriteria KRIS, Kemenkes: Maksimal 4 Bed Per Ruang Rawat Inap

Kriteria KRIS, Kemenkes: Maksimal 4 Bed Per Ruang Rawat Inap

Nasional
Soroti DPT Pilkada 2024, Bawaslu: Pernah Kejadian Orang Meninggal Bisa Memilih

Soroti DPT Pilkada 2024, Bawaslu: Pernah Kejadian Orang Meninggal Bisa Memilih

Nasional
Direktorat Kementan Siapkan Rp 30 Juta Tiap Bulan untuk Keperluan SYL

Direktorat Kementan Siapkan Rp 30 Juta Tiap Bulan untuk Keperluan SYL

Nasional
Setuju Sistem Pemilu Didesain Ulang, Mendagri: Pilpres dan Pileg Dipisah

Setuju Sistem Pemilu Didesain Ulang, Mendagri: Pilpres dan Pileg Dipisah

Nasional
Menko Airlangga: Kewajiban Sertifikasi Halal Usaha Menengah dan Besar Tetap Berlaku 17 Oktober

Menko Airlangga: Kewajiban Sertifikasi Halal Usaha Menengah dan Besar Tetap Berlaku 17 Oktober

Nasional
Serius Transisi Energi, Pertamina Gandeng KNOC dan ExxonMobil Kembangkan CCS

Serius Transisi Energi, Pertamina Gandeng KNOC dan ExxonMobil Kembangkan CCS

Nasional
Bawaslu Akui Kesulitan Awasi 'Serangan Fajar', Ini Sebabnya

Bawaslu Akui Kesulitan Awasi "Serangan Fajar", Ini Sebabnya

Nasional
Kontras Desak Jokowi dan Komnas HAM Dorong Kejagung Selesaikan Pelanggaran HAM Berat Secara Yudisial

Kontras Desak Jokowi dan Komnas HAM Dorong Kejagung Selesaikan Pelanggaran HAM Berat Secara Yudisial

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com