Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Terima Tokonya Dieksekusi, Kakek Ini Siapkan Bom Molotov

Kompas.com - 15/11/2016, 18:21 WIB
Muhlis Al Alawi

Penulis

PONOROGO, KOMPAS.com - Emosi Silly Suryono (62) terus meledak-meledak tatkala Panitera Pengadilan Negeri Ponorogo dan puluhan anggota polisi mendatangi rumahnya di Jalan Gatot Koco, Kota Ponorogo, Jawa Timur, Selasa (15/11/2016).

Karena menganggap eksekusi tokonya tidak adil dan menyalahi aturan, Suryono sudah menyiapkan empat bom molotov untuk menghanguskan aset yang menjadi jaminan di bank tersebut.

"Saya akan ledakkan kalau mereka pakai kekerasan. Tapi kalau saya harus melawan aparat, maka konyol dan salah alamat. Apalagi saya harus gebuk-gebukan dengan aparat, kan kasihan mereka menjalankan tugas. Kalau saya tidak dikawal, saya gebukin orang-orang itu," kata Suryono di sela-sela eksekusi tokonya.

Suryono mengakui bahwa empat bom molotov yang diamankan petugas keamanan itu adalah miliknya. Ia menyiapkannya sebelum eksekusi dilakukan di tokonya.

"Kalau saya bakar dan bunuh, saya tidak akan lari. Yang penting saya jangan berbenturan dengan aparat. Saya mati pun sekarang rela," ujar Suryono berapi-api.

Eksekusi toko berisi peralatan olahraga milik Suryono berlangsung alot. Mengenakan baju lengan panjang putih dan celana panjang hitam, Suryono seorang diri memegang tongkat kayu dan menghadang tim eksekusi dari Pengadilan Negeri Ponorogo.

Suara dan tangannya yang gemetar menyita banyak perhatian warga di sekitar lokasi.

Namun apa daya, pria lanjut usia itu tidak mampu melawan puluhan petugas Polres Ponorogo yang membantu mengamankan jalannya eksekusi.

Menurut Suryono, beberapa tahun lalu anaknya Sambo Wijaya meminjam sertifikat tokonya untuk jaminan peminjaman uang sebesar Rp 90 juta di Bank Danamon.

Cicilan setahun berjalan lancar. Sebelum dilelang, anaknya menunggak kredit tiga bulan.

Setelah mendapatkan uang untuk membayar tunggakan cicilan, bank mengharuskan anaknya melunasi seluruh sisa kredit.

Ia kaget karena tiba-tiba bank menyerahkan kepada balai lelang untuk melelang asetnya itu tanpa pemberitahuan sebelumnya kepada dirinya.

Anaknya saat itu sempat mengejar ke balai lelang, tetapi informasinya sudah terlelang.

"Tahu-tahu ada gugatan di pengadilan untuk mengeksekusi toko saya. Berulang-ulang pengadilan memanggil saya untuk tanda tangan eksekusi, tetapi saya menolaknya," ujar Suryono.

Ia juga merasa heran, sertifikat tanah dan bangunannya sudah berganti nama tanpa pemberitahuan kepadanya selaku pemilik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com