Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketua KPK Sebut Ada Pelindung Komisioner dari Kriminalisasi

Kompas.com - 14/11/2016, 17:23 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Agus Rahardjo menyakini, ada pihak yang melindungi KPK saat mengusut kasus korupsi. 

Pelindung itu tak bakal membiarkan komisioner KPK dikriminalisasi karena menyidik kasus korupsi yang sensitif.  

"Kalau nanti suatu ketika kami tangani kasus-kasus yang sensitif, save guardian-nya pasti ada," kata Agus di gedung KPK, Jakarta, Senin (14/11/2016).

Namun Agus tidak membeberkan siapa pelindung itu. Yang pasti, kata Agus, hingga kini belum ada serangan balik ke KPK yang sedang menangani sejumlah kasus.

Agus menyebutkan, banyak pihak yang menyuarakan pentingnya perlindungan terhadap komisioner KPK.

Berbeda dengan Ombudsman yang memiliki imunitas, komisioner KPK tidak memiliki kekebalan hukum. Tak ada undang-undang yang mengatur imunitas bagi KPK. 

"Ya mungkin perlu (imunitas komisioner KPK). Nanti lah kalau sudah waktunya membahas revisi, itu mungkin menjadi salah satunya," ucap Agus.

Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Abraham Samad sebelumnya mengusulkan agar dibentuk undang-undang yang mengatur tentang perlindungan bagi komisioner KPK.

(Baca: Tak Ingin Ada Kriminalisasi, Abraham Samad Usulkan UU Perlindungan Pimpinan KPK)

Undang-undang itu untuk menghindari terjadinya kriminalisasi terhadap pimpinan KPK.

"Perlu perlindugan bagi komisioner KPK, agar kasus seperti saya dan Antasari (Azhar) tidak terulang. Kalau kriminalisasi bisa berlangsung lagi, saya khawatir dengan agenda pemberantasan korupsi ke depan," ujar Samad seusai menjadi pembicara dalam Seminar Antikorupsi di Balai Sidang UI Depok, Sabtu (12/11/2016).

Menurut Samad, jika pemerintah ingin serius dalam memberantas korupsi di Indonesia, maka aturan mengenai perlindungan bagi komisioner KPK menjadi mutlak.

Kompas TV 34 Proyek Listrik Mangkrak Masuk Radar KPK
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com