JAKARTA, KOMPAS.com - Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) menyampaikan keprihatinan atas terjadinya ledakan di Gereja Oikumene, Sengkotek, Samarinda, Kalimantan Timur, Minggu (13/11/2016) kemarin.
PGI mengimbau agar jemaat tetap tenang dan berdoa atas tragedi kemanusiaan yang terjadi.
Secara khusus, PGI memberi imbauan agar jemaat menahan diri dalam menyampaikan informasi dan opini yang disebarkan melalui media sosial. Pendapat yang salah, dikhawatirkan justru memperkeruh masalah intoleransi.
"Kami mengimbau semua umat Kristen di mana pun, untuk tetap tenang dan tidak perlu membangun opini liar, terutama di media sosial, yang semakin menebar teror dan kebencian bagi diri sendiri dan masyarakat umum," ujar Sekretaris Jenderal PGI Gomar Gultom melalui keterangan tertulis, Senin (14/11/2016).
Para jemaat diminta mempercayakan penanganan masalah kepada pemerintah dan kepolisian.
Sebagai warga negara, para jemaat harus tunduk dan menjunjung tinggi konstitusi, serta tidak memaksakan kehendak melampaui mekanisme hukum.
Sebelumnya, Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Polri Brigadir Jenderal Pol Agus Rianto mengatakan, berdasarkan informasi awal, pelemparan benda yang diduga bom, terjadi sekitar pukul 10.00 Wita.
Bom itu diarahkan ke area parkir kendaraan salah satu gereja di Samarinda. (Baca: Ini Penjelasan Polri soal Ledakan di Depan Gereja Oikumene Samarinda)
Agus menuturkan, kejadian itu mengakibatkan beberapa sepeda motor rusak dan beberapa anak mengalami luka ringan.
Setelah kejadian, polisi telah berhasil menangkap pelaku. Polisi langsung membawa pelaku ke kantor Kepolisian Resor Kota (Polresta) Samarinda untuk diperiksa.
Sementara itu, tim Gegana dan Satuan Reserse sedang melakukan olah TKP di gereja tersebut.
(Baca juga: Jokowi Minta Kapolri Usut Tuntas Ledakan di Samarinda)