Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Pasal Terkait Syarat Pencalonan di RUU Pemilu Dinilai Diskriminatif

Kompas.com - 03/11/2016, 23:09 WIB
Fachri Fachrudin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Konstitusi dan Demokrasi (KODE) Inisiatif Veri Junaidi mengatakan, ada dua pasal dalam Rancangan Undang-Undang Penyelenggaraan Pemilu (RUU Pemilu) yang mengatur syarat calon kepala daerah, presiden dan wakil presiden berpotensi digugat ke Mahkamah Konstitusi (MK) jika diloloskan.

Kedua pasal tersebut yakni Pasal 209 Ayat 1 Huruf K dan Pasal 140 Ayat 1.

Pasal 209 Ayat 1 Huruf K mengenai keharusan mengundurkan diri sebagai kepala daerah, wakil kepala daerah, ASN, anggota TNI, Anggota Polri, Direksi, komisaris, Dewan pengawas dan karyawan pada BUMN / BUMD, atau badan lain yang anggarannya bersumber dari keuangan negara yang dinyatakan dengan surat pengunduran diri yang tidak dapat ditarik kembali.

Menurut Veri, pasal itu berpotensi digugat karena bertentangan dengan Pasal 28 D Ayat 1 UUD 1945 yang menyatakan bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.

Veri menjelaskan, di satu sisi, syarat dalam pasal ini sesuai dengan ketentuan yang ada dalam UU Pilkada untuk mencalonkan diri menjadi kepala daerah.

(Baca: 23 Pasal di RUU Pemilu Berpotensi Langgar UUD 1945)

Namun, di sisi lain, ketentuan ini kontradiktif dengan aturan dalam RUU Penyelenggaraan Pemilu tentang syarat mencalonkan diri menjadi calon presiden/wapres.

"(Presiden) pada ketentuan ini dikecualikan untuk mundur. Sehingga, tidak akan ada kepastian hukum dan perlakuan yang sama," ujar Veri, saat diskusi, di Jakarta, Kamis (3/11/2016).

Kemudian, lanjut Veri, Pasal 140 Ayat 1 RUU Pemilu mengenai pejabat negara yang dicalonkan oleh parpol atau gabungan parpol sebagal calon presiden atau calon wapres harus mengundurkan diri dari jabatannya kecuali presiden/wapres, gubernur, wakil gubernur, bupati, wakil bupati, wali kota, wakil wali kota.

"Ketentuan ini berpotensi digugat ke MK sebab memberikan perlakuan khusus bagi Presiden, Wapres dan Kepala daerah untuk tidak mundur dari jabatannya jika ingin maju dalam bursa pencalonan," kata dia.

Hal ini bertentangan dengan ketentuan UU Pilkada yang mengharuskan kepala daerah untuk mundur saat ingin mencalonkan di daerah lain dengan cuti kampanye.

Selain itu, ketentuan ini juga kontradiktif dengan ketentuan dalam UU yang sama tentang pencalonan caleg yang harus mundur.

"Kenapa untuk capres dan cawapres jabatan ini dieksklusifkan tidak harus mundur, sementara menjadi caleg harus mundur? Terdapat ketidakonsistenan berpikir dalam penyusunan norma tersebut," kata dia.

"Bagaimana jika posisi presiden di sini adalah incumbent atau petahana yang kemudian dicalonkan lagi? Ini tentu akan kental politisasi dan pemanfaatan jabatan. Pasal ini menimbulkan perlakuan berbeda lantaran kontradiksi antar pasal sehingga menimbulkan ketidakpastian hukum," tambah Veri.

Sebelumnya, KODE Inisiatif menemukan adanya 23 pasal krusial dalam Rancangan Undang-Undang (RUU) Penyelenggaraan Pemilu karena berpotensi melanggar konstitusi atau putusan Mahkamah Konstitusi (MK).

Dari 23 pasal krusial ini, KODE Inisiatif mengelompokkan ke dalam sembilan kualifikasi, yakni mengenai penyelenggara, syarat calon, sistem pemilu, keterwakilan perempuan, dan syarat parpol dalam pengajuan calon presiden atau wakil presiden.

Kemudian, terkait larangan kampanye pada masa tenang, Ketentuan sanksi kampanye, waktu pemilu susulan atau lanjutan, dan putusan DKPP terkait etika penyelenggaraan pemilu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PPP Buka Peluang Usung Sandiaga jadi Cagub DKI

PPP Buka Peluang Usung Sandiaga jadi Cagub DKI

Nasional
Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Nasional
Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Nasional
Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Nasional
PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

Nasional
Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Nasional
Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Nasional
Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Nasional
Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com