Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

RI Merdeka 71 Tahun, Wapres Kalla Sebut Baru Urusan Sandang yang Beres

Kompas.com - 23/08/2016, 14:44 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Indonesia pada 17 Agustus 2016 lalu merayakan hari ulang tahunnya ke-71. Sejak merdeka pada 1945, baru sedikit persoalan kebutuhan masyarakat yang telah mampu diatasi pemerintah.

Hal itu disampaikan Wakil Presiden Jusuf Kalla saat membuka Rapat Kerja Nasional Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Tahun 2016 di Kantor BPKP Pusat, Selasa (23/8/2016).

Kalla mengatakan, secara sederhana, Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto membagi kebutuhan masyarakat ke dalam tiga kelompok, yaitu sandang, pangan, dan papan.

"Setelah mengevaluasi, pertanyaan besarnya ialah, dari tiga masalah pokok ini baru satu yang selesai, baru sandang," ucap Kalla.

Masalah di sektor pangan, diakui Kalla, hingga kini juga belum mampu diselesaikan dengan baik oleh pemerintah.

Masih banyaknya bahan pangan impor, serta tingginya harga pangan, menjadi salah satu persoalan yang harus dihadapi dewasa ini.

Di sisi lain, pemenuhan papan atau tempat tinggal bagi masyarakat kurang mampu masih belum merata. Akibatnya, tidak sedikit kawasan kumuh yang hingga kini masih berdiri bahkan di kota besar seperti Jakarta.

"Kita bicara papan di belakang sini begitu banyak daerah-daerah yang kumuh. Itu merupakan sisa dan tanggung jawab kita semua," ujarnya.

"Saya juga bertanggung jawab, (karena) sudah hampir delapan tahun ada di pemerintahan," ucap Kalla.

"(Persoalan itu) tidak terjadi lagi di Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, yang urusan sandang pangannya sudah selesai, papannya mungkin masih," kata dia.

Selain tiga kebutuhan pokok itu, ia menambahkan, ada kebutuhan lain yang juga harus dipenuhi pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, seperti infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan ketahanan di sektor energi.

"Apabila kita bicara kebutuhan yang kedua, kita lebih ketinggalan lagi. Kenapa negara sekaya ini bisa ketinggalan," ujarnya.

Kalla menambahkan, banyaknya persoalan yang belum rampung, disebabkan lantaran kesalahan di dalam pengambilan kebijakan. Salah satunya kebijakan di bidang keuangan.

Dampak terbesar yang dirasakan yaitu krisis ekonomi 1998 silam. Di samping juga banyaknya kasus korupsi saat itu.

"Sehingga kemajuan kita tertatih-tatih dibanding banyak negara lain, di sekitar saja. Sehingga kebutuhan pokok saja masih ketinggalan," ujarnya.

Kompas TV Tingkat Kemiskinan di Indonesia Memprihatinkan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tak Setuju Istilah Presidential Club, Prabowo: Enggak Usah Bikin Club, Minum Kopi Saja

Tak Setuju Istilah Presidential Club, Prabowo: Enggak Usah Bikin Club, Minum Kopi Saja

Nasional
1.168 Narapidana Buddha Terima Remisi Khusus Waisak 2024

1.168 Narapidana Buddha Terima Remisi Khusus Waisak 2024

Nasional
Menteri AHY Usulkan Pembentukan Badan Air Nasional pada WWF 2024

Menteri AHY Usulkan Pembentukan Badan Air Nasional pada WWF 2024

Nasional
Hormati Jika PDI-P Pilih di Luar Pemerintahan, Prabowo: Kita Tetap Bersahabat

Hormati Jika PDI-P Pilih di Luar Pemerintahan, Prabowo: Kita Tetap Bersahabat

Nasional
Setiap Hari, 100-an Jemaah Haji Tersasar di Madinah

Setiap Hari, 100-an Jemaah Haji Tersasar di Madinah

Nasional
PDI-P Sebut Anies Belum Bangun Komunikasi Terkait Pilkada Jakarta

PDI-P Sebut Anies Belum Bangun Komunikasi Terkait Pilkada Jakarta

Nasional
KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan dalam Kasus TPPU SYL

KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan dalam Kasus TPPU SYL

Nasional
Prabowo Koreksi Istilah 'Makan Siang Gratis': Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Prabowo Koreksi Istilah "Makan Siang Gratis": Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Nasional
Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Nasional
Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Nasional
KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

Nasional
Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Nasional
Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Nasional
Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

Nasional
Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com