JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto mengatakan, dalam waktu dekat akan dilakukan pertemuan dengan Presiden Filipina Rodrigo Duterte untuk membahas upaya pembebasan 10 WNI yang disandera oleh kelompok Abu Sayyaf.
Pertemuan juga akan membicarakan penguatan hubungan diplomatik Indonesia-Filipina.
Menurut Wiranto, salah satu hal yang akan menjadi pokok pembicaraan yakni mengenai kesepakatan bersama untuk membentuk joint task force (satuan tugas pengamanan bersama).
Langkah tersebut dimaksudkan untuk mengantisipasi kembali berulangnya peristiwa penyanderaan.
"Itu nanti rencananya akan buat kesepakatan bersama untuk ada joint task force untuk melawan, sehingga tidak perlu bolak-balik melawan kalau ada penyanderaan," ujar Wiranto saat ditemui usai menghadiri acara peresmian pameran lukisan koleksi Istana, di Galeri Nasional, Jakarta, Senin (1/8/2016).
Sebelumnya, Luhut Binsar Pandjaitan, saat masih menjabat Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan, mengatakan, dalam waktu dekat Presiden Filipina Rodrigo Duterte dan pendiri Moro National Liberation Front (MNLF) Nur Misuari bakal mengunjungi Indonesia.
Luhut menjelaskan, kedatangan Misuari tersebut nantinya akan banyak membahas terkait perkembangan negosiasi pembebasan sandera dengan Abu Sayyaf.
Pemerintah juga telah mengirimkan seorang negosiator ke Filipina untuk bertemu dengan Misuari.
Indonesia mengandalkan Misuari sebagai counterpart atau penghubung karena dianggap memiliki akses komunikasi ke kelompok Abu Sayyaf.
Luhut menuturkan, Nur Misuari memiliki cukup pengaruh di kalangan kelompok Abu Sayyaf.
Oleh sebab itu, pemerintah terus berupaya untuk menjalin komunikasi dengan Misuari dengan mengirimkan negosiator ke Filipina.
Hingga saat ini, sudah empat kali WNI disandera oleh kelompok Abu Sayyaf.
Terakhir, tiga WNI disandera kelompok Abu Sayyaf ketika melewati perairan kawasan Felda Sahabat, Tungku, Lahad Datu Sabah, Negara Bagian Malaysia.
Mereka adalah ABK pukat tunda LD/114/5S milik Chia Tong Lim berbendera Malaysia.
Sebelum penyanderaan tiga WNI, tujuh anak buah kapal (ABK) WNI lebih dulu disandera kelompok Abu Sayyaf di perairan Sulu, Filipina Selatan. Penyanderaan itu terjadi pada Senin (20/6/2016).
Selain membajak kapal, penyandera meminta tebusan sebesar Rp 60 miliar. Dengan demikian, total 10 WNI masih disandera.
Sebelumnya, 10 WNI ABK kapal tunda Brahma 12 disandera kelompok Abu Sayyaf dan dibebaskan pada awal Mei 2016.
Selain itu, empat ABK kapal tunda Henry juga disandera kelompok yang sama. Keempatnya dibebaskan pada pertengahan Mei 2016.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.