JAKARTA, KOMPAS.com – Aksi terorisme yang terjadi di sejumlah negara termasuk di Indonesia, didasari atas tumbuhnya pemikiran radikal dalam diri individu.
Radikalisme bisa dilawan oleh pemahaman ideologi yang kuat. “Radikalisme timbul karena pemikiran, karena itu yang bisa menyelesaikan juga pemikiran. Ideologi degan ideologi,” kata Wakil Presiden Jusuf Kalla saat membuka Muktamar III Wahdah Islamiyah di Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta Timur, Selasa (19/7/2016).
Selain pemikiran, terorisme dan radikalisme tumbuh atas rasa marah dan kekecewaan. Kedua paham itu semakin cepat berkembang, terutama di negara gagal.
Munculnya kelompok Al-Qaeda di Afghanistan dan Negara Islam (IS) di Suriah dan Irak, merupakan contoh gagalnya sebuah negara.
Kegagalan itu timbul akibat pemerintahan negara tersebut dihancurkan negara lain.
“Pertanyannnya siapa yang hancurkan tiga negeri itu? Negara-negara besar,” tegas dia.
Kalla menegaskan, segala bentuk terorisme dan radikalisme harus dilawan. Sebab, keberadaan kedua paham itu dikhawatirkan dapat menimbulkan kekhawatiran baru di masyarakat.
Salah satu bentuk kekhawatiran itu adalah munculnya teror dengan cara bunuh diri yang dilakukan orang-orang yang menganut paham tersebut.
Sebab, bagi mereka yang menganut kedua paham itu, melakukan aksi bunuh diri diyakini sebagai jalan pintas untuk meraih surga.
“Saya (pernah) katakan di Ambon, membunuh wanita, anak-anak, menebang pohon itu tidak boleh dalam Islam apalagi membunuh sembarangan. Nah inilah ideologi harus diselesaikann ideologi,” tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.