BOGOR, KOMPAS.com – Wakil Presiden Jusuf Kalla mendorong agar para peneliti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) lebih produktif dalam mengembangkan teknologi.
Meskipun, saat ini LAPAN selama ini selalu terkendala masalah anggaran ketika ingin mengembangkan teknologi tersebut.
"Di sini ada seribu lebih staf dan 500 scientist. Bagaimana scientist ini betul-betul produktif," kata Kalla usai menyaksikan peluncuran satelit LAPAN-A3/LAPAN-IPB di Pusat Teknologi Penerbangan LAPAN, Rumpin, Bogor, Jawa Barat, Rabu (22/6/2016).
Kalla lantas membandingkan perkembangan teknologi yang dialami India dengan Indonesia selama beberapa waktu terakhir.
Jika dibandingkan dengan India, Indonesia justru menjadi negara pertama yang memiliki satelit sendiri, yaitu Satelit Palapa yang diterbangkan tahun 1976.
"Sekarang, kita minta tolong dia (India) untuk menerbangkan satelit kita. Padahal dulu kita lebih duluan punya satelit daripada negara-negara ASEAN," ujarnya.
Satelit LAPAN-A3 merupakan satelit generasi ketiga yang dikembangkan LAPAN bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor.
Satelit tersebut diluncurkan dengan menumpang roket PSLV-C34 milik India, yang membawa misi utama yakni meluncurkan satelit Cartosat dan dua satelit buatan perguruan tinggi India, Swayam dan Sathyabamasat.
Selain Indonesia, Amerika Serikat, Jerman, dan Kanada juga turut menumpangkan satelit mereka di dalam peluncuran itu. Total, ada 20 satelit yang diluncurkan pada peluncuran hari ini.
Kalla menambahkan, Lapan seharusnya dapat melakukan riset secara terfokus untuk mengembangkan teknologi yang ada, seperti satelit dan drone.
Dalam upaya tersebut, Lapan juga bisa menggandeng instansi lain, seperti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
"Jangan ada (drone) di sini (Lapan), di BPPT, di LIPI. Tapi disatukan, di mana yang potensi yang kuat. Kemudian penggunaannya harus dengan kerja sama," ujarnya.