Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Azyumardi Azra Nilai Korupsi Terjadi karena Sifat Rakus

Kompas.com - 18/06/2016, 14:28 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Perlawanan terhadap korupsi saat ini lebih banyak dilakukan oleh kelompok masyarakat sipil atau civil society.

Namun ironisnya, upaya perlawanan tersebut justru mendapatkan serangan balik dari pihak yang justru seharusnya terlibat aktif dalam pemberantasan korupsi.

Hal itu disampaikan Guru Besar UIN Syarief Hidayatullah, Azyumardi Azra saat diskusi Madrasah Antikorupsi 2016 di Kantor PP Muhammadiyah, Jakarta, Sabtu (18/6/2016).

Menurut Azyumardi, tidak sedikit oknum penegak hukum yang justru tidak mendukung upaya pemberantasan korupsi.

Padahal, dari sisi hak pemenuhan hidup, mereka telah didukung dengan gaji dan tunjangan yang tidak sedikit. Besarnya gaji dan tunjangan yang mereka terima diharapkan dapat menjadi benteng awal mereka tidak berperilaku korup.

"Seperti hakim, jaksa, mereka sudah mendapat remunerasi padahal. Jadi korupsi itu terjadi karena rakus," kata Azyumardi.

Ia pun mengingatkan agar kelompok masyarakat sipil yang memotori gerakan antikorupsi dapat menjaga semangat pemberantasan itu. Bahkan, jika diperlukan dapat menyebarluaskan semangat pemberantasan korupsi ke elemen lain.

"Misalnya sekarang pemberantasan korupsi digagas oleh PP Pemuda Muhammadiyah, itu bisa mengajak Anshor dan yang lainnya," ujarnya.

Lebih jauh, Azyumardi juga meminta agar para penggerak antikorupsi dapat menjaga integritasnya. Jangan sampai mereka yang terlibat dalam semangat pergerakan itu justru termakan rayuan pihak-pihak tertentu.

"Jangan ketika jadi aktivis dia betul-betul antikorupsi. Tapi ketika jadi relawan dia dikasih jabatan komisaris. Saya kira obat antikorupsi itu cuma integritas. Tidak tergoda jatah ini itu," ucapnya.

Kompas TV Memperingati Hari Antikorupsi Internasional

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com