JAKARTA, KOMPAS.com – Pimpinan PP Muhammadiyah Hajriyanto Y Thohari mengatakan, strategi terbaik untuk memberantas praktik korupsi adalah melalui strategi kebudayaan.
Cara itu dipandang efektif untuk menggerakkan semangat gerakan antikorupsi.
Ia mencontohkan, sebutan koruptor bagi pelaku korupsi bukanlah hal yang memalukan untuk sebagian besar masyarakat di Indonesia.
Menurut dia, jauh lebih memalukan apabila koruptor disebut sebagai maling.
"Dalam rangka strategi kebudayaan, kata korupsi itu kurang taktis, kurang berakar," kata Hajriyanto saat diskusi Madrasah Antikorupsi 2016 di Kantor PP Muhammadiyah, Jakarta, Sabtu (18/6/2016).
Politisi senior Partai Golkar itu menambahkan, frasa "korupsi" yang diambil dari serapan asing tersebut seakan memberikan predikat “keren” bagi pelakunya.
Sehingga, seringkali para pejabat tidak merasa malu dan khawatir untuk melakukan hal itu.
"Tokoh-tokoh di media masa itu yang pernah divonis berkasus, di kampung mereka tetap dielu-elukan. Karena kata korupsi itu bukan kata budaya kita," ujarnya.