Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setya Novanto Disarankan Contoh Akbar Tandjung dan Prabowo

Kompas.com - 27/05/2016, 17:47 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Senior Para Syndicate, FS Swantoro menuturkan, jika Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto ingin membawa Golkar tetap eksis pada pemilu 2019, maka sebaiknya mencontoh langkah mantan Ketua Umum Golkar Akbar Tandjung dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Sebab, Novanto mulai memimpin partai dengan stigma negatif dari publik yang melekat pada dirinya. Kondisi tersebut, kata Swantoro, mirip dengan kondisi yang pernah dihadapi Akbar dan Prabowo.

"Posisi Pak Akbar saat itu sangat berat karena mewarisi dosa politik sejak Orde Baru," ujar Swantoro di Kantor Para Syndicate, Kebayoran Baru, Jakarta, Jumat (27/5/2016).

Ia mengibaratkan adanya tiga kamar. Kamar pertama negatif, kamar kedua netral dan kamar ketiga positif. 

(baca: Setya Novanto Negatif di Mata Publik, tetapi Kuat Melobi Pemerintah)

Dimana pada saat mulai menakhodai Partai Golkar, Akbar mesti mengangkat partai tersebut dari citra negatif.

Hingga akhirnya pada 2003, Akbar membuat terobosan politik dengan menggelar konvensi Partai Golkar. Hingga akhirnya pada 2004, Golkar bisa memenangkan pemilu.

"Dari situ Golkar dapat credit point yang besar. Pada saat itu jadi Golkar baru," kata dia.

(baca: ICW: Setya Novanto Jadi Ketum, Citra Golkar Semakin Terpuruk)

Begitu pula dengan Prabowo. Karier politiknya dimulai dengan stigma buruknya pascaterjadinya kerusuhan 1998.

Saat mengikuti konvensi Partai Golkar, Prabowo sudah tak lagi berada pada posisi citra negatif, tetapi sudah dalam posisi netral.

Dalam perjalanannya, Prabowo mampu mengambil simpati publik dan pada Pemilu 2014 Partai Gerindra mampu menempati posisi ketiga. Padahal, pada Pileg 2009 Gerindra berada pada posisi kedua dari bawah.

(baca: Aburizal: Sekarang Apa Sih Masalah Pak Novanto?)

"Itu artinya lompatan yang sangat besar. Dari negatif, netral, ke positif," tutur Swantoro.

"Kalau Pak Setnov bisa melakukan seperti Pak Akbar dan Prabowo, maka Golkar ada harapan. Paling tidak mendapatkan 14-16 persen suara," sambung dia.

Setya Novanto sebelumnya meyakini bahwa dirinya tak pernah berbuat tercela. Ia juga menegaskan bahwa setiap langkah yang diambilnya demi kepentingan masyarakat luas.

(baca: Setya Novanto Merasa Dicitrakan Negatif oleh Media)

Citra negatif yang sempat melekat pada dirinya, kata Novanto, merupakan pembentukan citra yang juga dipengaruhi oleh pemberitaan media. Ia mencontohkan kasus "Papa Minta Saham" yang membuatnya mundur dari posisi Ketua DPR RI.

"Pencitraan itu kan media yang bisa memberikan kontribusi besar bahwa keadaan-keadaan bisa digeneralisasikan membuat satu kesimpulan pencitraan," kata Novanto.

Kompas TV Sosok Kontroversial Jadi Pengurus Baru Golkar?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Elite PDI-P Sebut Rakernas Tak Bahas Posisi di Pemerintahan Prabowo

Elite PDI-P Sebut Rakernas Tak Bahas Posisi di Pemerintahan Prabowo

Nasional
PKS Beri Sinyal Agar Anies Mengalah pada Sudirman Said Terkait Pilkada DKI Jakarta

PKS Beri Sinyal Agar Anies Mengalah pada Sudirman Said Terkait Pilkada DKI Jakarta

Nasional
MPR Akan Temui JK-Boediono Rabu Lusa, SBY Pekan Depan

MPR Akan Temui JK-Boediono Rabu Lusa, SBY Pekan Depan

Nasional
KPK Setor Uang Rp 59,2 M dari Kasus Dodi Reza Alex Noerdin dkk ke Negara

KPK Setor Uang Rp 59,2 M dari Kasus Dodi Reza Alex Noerdin dkk ke Negara

Nasional
Buka Fair and Expo WWF 2024 Bali, Puan: Peluang Bagus untuk Promosi

Buka Fair and Expo WWF 2024 Bali, Puan: Peluang Bagus untuk Promosi

Nasional
KPK Sita Rumah Mewah yang Dibeli Anak Buah SYL di Parepare

KPK Sita Rumah Mewah yang Dibeli Anak Buah SYL di Parepare

Nasional
PDI-P Anggap Wajar Jokowi Bertemu dengan Puan

PDI-P Anggap Wajar Jokowi Bertemu dengan Puan

Nasional
MK: Anwar Usman Tetap Adili Sengketa Pileg yang Libatkan Saksi Ahlinya di PTUN

MK: Anwar Usman Tetap Adili Sengketa Pileg yang Libatkan Saksi Ahlinya di PTUN

Nasional
9,9 Juta Gen Z Tak Bekerja, Imam Prasodjo Singgung soal Konsep 'Link and Match'

9,9 Juta Gen Z Tak Bekerja, Imam Prasodjo Singgung soal Konsep "Link and Match"

Nasional
MK Didesak Larang Anwar Usman Putus Sengketa Pileg yang Libatkan Saksi Ahlinya

MK Didesak Larang Anwar Usman Putus Sengketa Pileg yang Libatkan Saksi Ahlinya

Nasional
Try Sutrisno Peringatkan Prabowo Jangan Ceroboh Tambah Kementerian

Try Sutrisno Peringatkan Prabowo Jangan Ceroboh Tambah Kementerian

Nasional
Kakak SYL Disebut Dapat Duit Rp 10 Juta Per Bulan dari Kementan

Kakak SYL Disebut Dapat Duit Rp 10 Juta Per Bulan dari Kementan

Nasional
PDI-P Tak Bakal 'Cawe-cawe' dalam Penyusunan Kabinet Prabowo-Gibran

PDI-P Tak Bakal "Cawe-cawe" dalam Penyusunan Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Saksi Sebut Pedangdut Nayunda Nabila Dititip Kerja di Kementan Jadi Asisten Anak SYL

Saksi Sebut Pedangdut Nayunda Nabila Dititip Kerja di Kementan Jadi Asisten Anak SYL

Nasional
Gerindra: Revisi UU Kementerian Negara Akan Jadi Acuan Prabowo Susun Kabinet

Gerindra: Revisi UU Kementerian Negara Akan Jadi Acuan Prabowo Susun Kabinet

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com