Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Fraksi di DPR yang Masih Waras Akan Menolak RUU Kamnas"

Kompas.com - 27/04/2016, 22:17 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi I DPR RI Charles Honoris mengatakan bahwa Fraksi PDI-P konsisten menolak pembahasan Rancangan Undang-Undang Keamanan Nasional (Kamnas) di parlemen.

Menurut Charles, tidak ada urgensi untuk segera mengesahkan RUU tersebut. Sebab, materi yang diatur dalam RUU Kamnas memiliki potensi abuse of power oleh aparat keamanan dan tumpang tindih dengan UU lain.

"Fraksi di DPR yang masih waras akan menolak RUU Kamnas," ujar Charles, dalam Seminar Nasional Membedah RUU Kamnas, di auditorium Gedung B, Universitas Trisakti, Jakarta Barat, Rabu (27/4/2016).

Lebih lanjut Charles menjelaskan, dalam draf RUU Kamnas tahun 2015/2016 masih terdapat pasal-pasal yang bersifat multitafsir.

Dia mencontohkan soal definisi ancaman keamanan nasional yang tidak jelas. Aturan itu bersifat pasal karet dan masih mengidentifikasi warga negara yang kritis terhadap kekuasaan sebagai ancaman keamanan nasional.

Selain itu dia juga berpandangan bahwa RUU Kamnas berpeluang untuk memposisikan anggota TNI tidak pada tempatnya.

TNI, kata Charles akan memiliki tugas yang sama seperti Polri dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.

"Padahal tahun 1998 ketika Indonesia mengalami masa perubahan, ada tuntutan reformasi dari rakyat untuk menghapus dwifungsi agar profesionalisme TNI tetap terjaga," ujarnya.

Lebih jauh dia memandang isi draf RUU Kamnas juga berpeluang tumpang tindih dengan UU lain yang sudah ada.

Charles menuturkan, tata kelola sektor pertahanan dan keamanan sebagian besar telah diatur dalam berbagai undang-undang bidang pertahanan dan keamanan, misalnya UU Pertahanan, UU TNI, UU Polri dan UU Intelijen.

"Kita memang ingin punya tata kelola yang baik, tapi jangan menabrak peraturan yang ada. Kita punya UU TNI, Polri dan Intelijen, tinggal dioptimalkan saja," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com