JAKARTA, KOMPAS.com - Politisi senior Partai Golkar Indra Bambang Utoyo berjanji tak menggunakan politik uang (money poltics) untuk menjaring suara dalam perebutan kursi ketua umum.
Ia percaya diri bisa mendapatkan dukungan dalam musyawarah luar biasa (Munaslub) Partai Golkar mendatang tanpa harus melakukan cara-cara tersebut.
Indra mengakui praktik jual beli suara santer terdengar saat Munas Golkar di Riau pada 2009. Saat itu Aburizal Bakrie bersaing dengan Surya Paloh.
"Kita tidak bisa pungkiri ya. Soal berapanya saya tidak tidak tahu. Saya tidak pernah ikut-ikutan," ujar Indra dalam diskusi "Tantangan Golkar Baru di Era Partai Moderen" di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Kamis (3/3/2016) dikutip Tribunnews.com.
Menurutnya, sejak kepemimpinan Akbar Tandjung berakhir, prestasi Partai Golkar terus turun.
Pengurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar versi Munas Bali itu khawatir Golkar akan bubar jika kondisi tersebut terus dibiarkan.
Ia mencontohkan, calon yang didukung Partai Golkar tidak pernah menang pemilihan presiden sejak dipilih langsung. Catat saja nama Wiranto, Jusuf Kalla, dan terakhir Prabowo Subianto.
"Lalu terjadi perpecahan partai, antara kubu Bali dan Ancol, hasilnya Pilkada kemarin (terpuruk)," katanya.
Ia menilai kemunduran tersebut karena calon yang diusung bukan yang terbaik, melainkan dipilih karena lobi politik yang sarat dengan politik uang.
Oleh karena itu, ia berharap praktik serupa tidak terjadi di munaslub yang akan digelar beberapa bulan lagi.(Nurmulia Rekso Purnomo)