Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

50 Unit Sistem Peringatan Dini Disiapkan di Daerah Rawan Longsor

Kompas.com - 10/02/2016, 20:19 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana telah memasang 50 unit sistem peringatan dini rawan longsor yang dipasang di daerah-daerah rawan longsor sebagai langkah antisipasi.

Pemasangan 50 unit sistem peringatan dini tersebut dilakukan oleh BNPB bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) serta Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Selain memasang alat deteksi dini, BNPB juga melatih masyarakat agar dapat melakukan antisipasi bencana secara mandiri.

"Masyarakat kita latih, masyarakat bisa buat denah di sekitarnya, membuat kelompok-kelompok siaga bencana dan mampu melakukan antisipasi," kata Sutopo di Kantor BNPB, Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Rabu (10/2/2016).

Sutopo mengatakan bahwa 50 unit tersebut belum mampu memantau seluruh Indonesia. Masih perlu ratusan ribu tambahan sistem peringatan dini longsor untuk lebih mengefektifkan antisipasi bencana.

Langkah lain yang lebih efektif adalah mengantisipasi bencana longsor adalah menyangkut tata ruang. Menurut Sutopo, dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, disebutkan bahwa penyusunan tata ruang harus berazaskan peta rawan bencana.

"Dengan kondisi seperti itu, hendaknya tata ruang dibuat menyesuaikan wilayah-wilayah yang rawan bencana, baik longsor, banjir, tsunami, erupsi gunung, dan sebagainya," kata Sutopo.

Apabila wilayah pemukiman terlanjur padat, maka pemerintah daerah diharapkan memiliki perhatian lebih untuk melindungi masyarakat dengan membangun mitigasi struktural, seperti penguatan tebing dan penghijauan.

Selain itu, dapat pula dilakukan dengan membatasi masyarakat untuk membangun rumah-rumah yang dekat dengan lereng atau daerah-daerah rawan bencana.

Sutopo menambahkan, ada pula upaya mitigasi non-struktural, yaitu melalui pendidikan, pelatihan, sosialisasi, melakukan latihan-latihan bencana, dan sebagainya.

Masyarakat dan pemerintah daerah diharapkan juga semakin sadar lingkungan mengingat saat ini pengetahuan terkait penanganan bencana masih belum signifikan.

"Pengetahuan masyarakat tentang kebencanaan belum menjadi sikap. Belum menjadi perilaku masyarakat," ujarnya.

Ia pun menyinggung sikap masyaralat yang masih "latah". Dimana saat terjadi bencana baru lah dilakukan pelatihan beberapa kali secara intens namun kemudian melonggar. Beberapa lama kemudian saat bencana kembali datang, masyarakat baru kembali siaga.

Ia juga mengimbau agar masyarakat selalu siaga dan tanggap, baik ketika terjadi bencana ataupun tidak. Maka itu, perlu pendidikan bagi usia dini serta penerapan regulasi-regulasi yang ada dengan tepat, sehingga masyarakat menjadi betul-betul peduli terhadap ancaman bencana.

"Sehingga revolusi mental adalah menyangkut bagaimana perilaku masyarakat dan pemerintah betul-betul peduli bencana," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Nasional
Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

Nasional
Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

Nasional
Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

Nasional
Demokrat Minta Golkar, Gerindra, PAN Sepakati Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Demokrat Minta Golkar, Gerindra, PAN Sepakati Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Nasional
SYL Beli Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta Pakai Uang Hasil Memeras Anak Buah

SYL Beli Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta Pakai Uang Hasil Memeras Anak Buah

Nasional
Anggota Komisi X DPR Haerul Amri Meninggal Saat Kunjungan Kerja

Anggota Komisi X DPR Haerul Amri Meninggal Saat Kunjungan Kerja

Nasional
Polri Desak Kepolisian Thailand Serahkan Fredy Pratama ke Indonesia Jika Tertangkap

Polri Desak Kepolisian Thailand Serahkan Fredy Pratama ke Indonesia Jika Tertangkap

Nasional
Jokowi Sebut 3 Hal yang Ditakuti Dunia, Wamenkeu Beri Penjelasan

Jokowi Sebut 3 Hal yang Ditakuti Dunia, Wamenkeu Beri Penjelasan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com