Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soeharto Dalam Ingatan: Runtuhnya Ambisi Kekuasaan Bapak Pembangunan

Kompas.com - 28/01/2016, 11:07 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Di antara beberapa tokoh yang pernah memimpin bangsa Indonesia, mungkin figur Presiden Soeharto-lah yang paling memiliki keunikan tersendiri.

Bagaikan dua sisi mata uang, dia disegani sekaligus dikagumi. Di sisi lain, ada juga yang tidak menyukai dan cenderung membenci.

Meski demikian, hingga saat ini, Soeharto masih lekat dengan julukan Bapak Pembangunan. Dia dianggap berhasil membangun Indonesia dari segi infrastruktur. Pasca menduduki kursi presiden, berbagai kebijakan dia ciptakan agar roda pembangunan terus berjalan.

Konsep pembangunan Soeharto dilandaskan pada stabilitas dan kekuasaan yang kuat. Dengan begitu program pembangunan lima tahun terus dicanangkan.

Visi pembangunan

Seorang karyawan swasta, Marlon Hutajulu (32), mengenang Soeharto sebagai seorang perencana yang baik dalam pembangunan.

"Terlepas apapun hasilnya, paling tidak sebagai pemimpin telah membuktikan bahwa beliau memiliki visi dalam membangun Indonesia," ujar Marlon ketika diwawancarai Kompas.com di Jakarta, Rabu (27/1/2016).

Menurut Marlon, Presiden Soeharto mempunyai gaya kepemimpinan yang khas. Dia mengatur negara seperti memimpin sebuah perusahaan, menciptakan keteraturan dalam satu komando, kemudian berdampak pada keamanan dan ketertiban dalam masyarakat.

(Baca: Senja Kala dan Setetes Air Mata Soeharto...)

Namun, ambisi untuk menjadi orang paling kuat selama 32 tahun justru membuatnya jatuh dari kursi kekuasaan.

"Saya termasuk orang yang hanya menonton televisi saat beliau mundur dari jabatannya sebagai Presiden akibat tuntutan masyarakat dan mahasiswa. Namun demikian, Presiden Soeharto tetaplah salah satu tokoh besar Indonesia," ujar Marlon.

Ambisius

Hal yang tidak jauh berbeda juga diungkapkan oleh Jessy (25), seorang jurnalis dari salah satu majalah di Jakarta.

Dia melihat Soeharto begitu melekat dengan program REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun), Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GN-OTA), tingkat pengangguran yang rendah, swasembada pangan dan perannya dalam penumpasan G30S/PKI yang berusaha mengambil alih kedaulatan negara.

"Sebagai orang yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga militer dan hanya menyaksikan separuh waktu dari keseluruhan masa orde baru, sebenarnya saya tidak punya kesan mendalam terhadap Soeharto. Yang saya tahu hanya itu," ujarnya ketika dihubungi Kompas.com, Rabu (27/1/2016).

Layaknya anak-anak pada umumnya, ia mengaku bukan tipe yang sadar secara sosial dan politik. Hal tersebut terus berjalan hingga masuk dalam lingkungan universitas.

Dunia kampus mulai memberikan perspektif baru terhadap pandangannya mengenai Presiden kedua tersebut. Ia melahap banyak diskusi tentang kejahatan kemanusiaan dan peristiwa G30S.

(Baca: Hanya Bu Tien yang Bisa Buat Soeharto Minder)

Ia juga mulai membedah bagaimana Soeharto menjalankan politik semasa Orde Baru hingga akhirnya mengundurkan diri pada Kamis, 21 Mei 1998.

"Tidak hanya bias fakta sejarah, kuliah juga membawa kesadaran dan pengetahuan tentang Orde Baru yang juga dianggap melakukan rekayasa politik untuk meruntuhkan Orde Lama," ungkap Jessy.

Dalam kepemimpinan Soeharto, dia pun mulai menyadari fenomena serba terbatas mulai dari pemilu, kebebasan pers, besarnya peran ABRI dalam kancah sosial politik, hingga fusi partai politik yang menjadi hanya tiga partai.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com