Lukman Hakim mengakui, tantangan yang dihadapi kian bertambah sehingga teroris belum jera untuk melakukan aksi radikal di Indonesia.
"Kita sadar ada hal yang perlu dibenahi, kekurangan yang ditutupi," ujar Lukman di Jakarta, Minggu (17/1/2016).
Namun, Lukman membantah jika pemerintah disebut kecolongan dan program deradikalisasi mengalami kegagalan.
Seperti diketahui, dua dari empat pelaku pengeboman di kawasan Sarinah beberapa waktu lalu merupakan residivis kasus terorisme.
"Kita tidak merasa gagal. Problem deradikalisasi terus berjalan, tentu tantangannya bertambah. Ini masalah yang kompleks," kata Lukman.
Lukman menganalogikannya ibarat menjaga rumah. Petugas keamanan yang menjaga sebuah rumah sekian lama, suatu hari rumah tersebut dibobol maling.
Menurut Lukman, bukan karena faktor petugas keamanan yang tidak bekerja dengan baik, namun terdapat faktor lainnya yang membuat rumah tersebut bisa dibobol maling.
"Sama juga, intelejen kita kerja setiap hari, mereka jaga bangsa negara ini puluhan tahun, jadi kalau satu-dua kasus seperti kasus hari Kamis, jangan lalu kemudian kita mudah mengatakan intelejen kita tidak bekerja," kata Lukman.
"Tentu kita harus mengakui ada bagian yang harus ditingkatkan dari intelejen kita," lanjut dia.
Sehingga, kata Lukman, diperlukan komitmen yang kuat dari seluruh elemen bangsa untuk memerangi terorisme, terutama kekuatan lintas agama.
Menurut dia, agama memiliki kekuatan yang sangat besar dalam menjaga, memelihara dan merawat paham keagamaan.
"Bangsa kita yang sesungguhnya adalah moderat dan menebarkan kasih sayang dan kedamaian. Itu paham agama yang sudah ratusan tahun lalu diwarisi pendahulu kita," kata Lukman.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.