Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

LBH Pers Nilai Narasumber Jadi Korban Baru Ancaman Kriminalisasi

Kompas.com - 22/12/2015, 22:56 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Divisi Riset dan Jaringan LBH Pers, Asep Komarudin mengatakan, salah satu fenomena dunia pers yang menjadi perhatian pada 2015 adalah berubahnya pola ancaman kebebasan pers.

Tak hanya media ataupun jurnalis yang menjadi korban terlapor, namun narasumber juga terkena ancaman tersebut.

"Tren baru ancaman terhadap kriminalisasi," ujar Asep dalam acara diskusi di Jakarta Pusat, Selasa (22/12/2015).

"Bukan cuma terhadap media atau pun jurnalisnya, tetapi kemudian juga menyasar kepada narasumbernya," kata dia.

Asep memberi contoh kasus Aktivis Indonesia Corruption Watch, Emerson Yuntho, yang dilaporkan ke kepolisian karena dianggap mencemarkan nama baik Prof Romli Atmasasmita.

Emerson dianggap kurang mendukung gerakan antikorupsi. Padahal, kata Asep, Emerson yang merupakan narasumber berita telah menjadi bagian tak terpisahkan dari pemberitaan.

Sehingga, ketika ada permasalahan maka harus diselesaikan dengan mekanisme Undang-Undang Pers.

"Kalau sengketa pemberitaan, kalau melalui mekanisme UU Pers, Dewan Pers tidak memberikan sanksi yang bersifat punishment tapi kan rekomendasi Dewan Pers," ucap Asep.

"Misalnya harus memberikan hak jawab, hak koreksi dan sebagainya jika terjadi kekeliruan. Dan itu memang dimandatkan oleh UU Pers," tuturnya.

Asep menambahkan, hal ini menjadi penting karena menandakan bahwa aparat kepolisian dan para pejabat negara masih belum memahami betul bahwa UU Pers adalah Undang-Undang yang secara khusus mengatur penyelesaian sengketa di media.

Ia juga menyinggung kasus kriminalisasi insan pers yang baru-baru ini tengah diperbincangan, yaitu mantan Ketua DPR Setya Novanto yang melaporkan Metro TV atau Putra Nababan sebagai pimpinan redaksi atas tuduhan pencemaran nama baik. 

Asep menilai, seharusnya kasus tersebut diselesaikan dengan mekanisme sengketa jurnalistik terlebih dahulu.

Ia mencatat, banyak anggota kepolisian yang belum memahami bahwa Kapolri dan Dewan Pers telah menandatangani nota kesepahaman atau mutual of understanding (MoU) terkait penyelesaian kasus-kasus yang berkaitan dengan media.

Menurut dia, kekurangan ini menjadi pekerjaan rumah bagi kepolisian untuk mengedukasi jajarannya terkait penerapan UU Pers tersebut.

"Jangankan UU Pers. MoU antara Kapolri dan Dewan Pers saja mereka enggak tahu. Ini juga jadi PR bagi Dewan Pers dan Kapolri," tutur Asep.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com