"Misalnya ada semacam apatisme. Mungkin orang tak punya pilihan alternatif. Terutama karena dalam pilkada ini, di sebagian besar daerah, calonnya kan terbatas," ujar Juri di Kantor KPU Pusat, Jumat (11/12/2015).
Dengan pilihan calon yang terbatas tersebut, kata Juri, orang merasa tak punya pilihan dan akhirnya memutuskan tak datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS).
Hal lain yang mungkin menyebabkan partisipasi rendah, lanjut dia, adalah karena tidak banyak alat peraga yang terpasang di jalan sehingga membuat orang kurang antusias dalam menyambut Pilkada Serentak.
Diwawancarai terpisah, Ketua KPU Pusat, Husni Kamil Manik menuturkan, indikator partisipasi "rendah" tergantung dari pemilu mana yang dijadikan pembanding.
Menurut dia, jika dibandingkan dengan pemilu kepala daerah sebelumnya, penyelenggaraan Pilkada Serentak 2015 justru sedikit meningkat dari segi partisipasi publik.
Sedangkan jika dibandingkan dengan pemilu presiden atau pemilu legislatif, Husni menambahkan, angkanya memang lebih rendah.
Pilkada Serentak 2015 justru dinilainya lebih efisien jika dibandingan pemilu-pemilu sebelumnya terutama dari segi kampanye.
Meskipun kampanye pemilu sebelumnya cenderung lebih meriah, kata dia, kampanye saat ini lebih terbatasi tapi dampaknya terhadap partisipasi pemilih tidak berbeda jauh.
"Artinya lebih efisien yang sekarang daripada yang lalu. Cara sosialisasinya juga lebih efektif yang sekarang," kata Husni.