Menurut Effendi, klarifikasi Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan bahwa Jokowi tidak memberi restu kepada Sudirman telah mengembalikan kepercayaan DPR kepada Jokowi.
"Bagi saya, mengikuti gaya seorang pembantu Presiden, kita bisa jadi lebih bodoh daripada dia, seperti kurang kerjaan, apalagi diamini Wapres dan Presiden. Untunglah Pak Luhut menganulir itu, jadi kita bisa trust lagi ke Jokowi," ujar Effendi dalam diskusi di Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (22/11/2015).
Menurut Effendi, jika Presiden memerintahkan Sudirman untuk membongkar pembicaraan Ketua DPR Setya Novanto terkait Freeport, maka Presiden sama saja telah membiarkan prinsip ketatanegaraan dirusak.
Effendi berpendapat, Sudirman seharusnya membicarakan masalah kontrak Freeport ke Komisi VII DPR. Jika mengalami persoalan, Sudirman bisa saja melapor kepada Presiden. Penyelesaian akan dilakukan dengan mekanisme rapat antara DPR dan Presiden.
"Ini tidak perlu jadi konsumsi publik. Tidak boleh kita membenarkan tindakan (Sudirman) seperti itu. Nanti negara kita jadi gerombolan, makanya kurs tidak pernah sehat, karena orang distrust (tidak percaya)," kata Effendi.
Sebelumnya, Sudirman melaporkan Ketua DPR Setya Novanto ke MKD atas dugaan mencatut nama Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla terkait pembahasan kontrak karya PT Freeport Indonesia.
Ia mengklaim telah mendapat persetujuan Jokowi dan Kalla. Meski demikian, hal tersebut dibantah oleh Luhut. Menurut dia, tak ada restu dari Presiden kepada Sudirman untuk membawa kasus itu ke MKD.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.