Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Agung Bantah Dirinya Disebut Tak Keberatan Aburizal Jadi Ketum Golkar

Kompas.com - 10/11/2015, 13:50 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Umum Partai Golkar hasil Munas Jakarta, Agung Laksono, membantah bahwa dirinya disebut tidak berkeberatan jika Aburizal Bakrie menjabat Ketua Umum Partai Golkar.

"Kok seenaknya saja ngomong seperti itu?" kata Agung saat dihubungi, Selasa (10/11/2015).

Hal itu disampaikan Agung ketika diminta tanggapan pernyataan Wakil Ketua Umum Partai Golkar hasil Munas Bali, Fadel Muhammad, bahwa Agung sudah setuju Aburizal menduduki jabatan ketua umum Golkar.

Namun, kata Fadel, ada syarat yang diminta Fadel. (Baca: Fadel: Ada Titik Terang, Agung Laksono Tak Keberatan Aburizal Ketum Golkar)

Agung menegaskan, untuk menyelesaikan konflik di tubuh Golkar, harus dilakukan melalui mekanisme musyawarah nasional (munas).

Pasalnya, pergantian kepengurusan di tingkat pusat hanya bisa dilaksanakan melalui mekanisme tersebut. (Baca: Fadel Muhammad Anggap Munas Golkar Belum Mendesak)

Sementara munas hanya bisa diselenggarakan oleh kepengurusan yang sah. Putusan Mahkamah Agung yang menguatkan putusan Pengadilan Tata Usaha Negara hingga kini belum dieksekusi oleh Kementerian Hukum dan HAM.

Oleh karena itu, menurut Agung, pengurus Golkar hasil Munas Jakarta secara legitimasi masih sah dan dapat menyelenggarakan munas. (Baca: Dorong Munas, Poros Muda Golkar Minta Agung-Aburizal Jadi Penasihat Partai)

"Nah, dalam rangka untuk menyelenggarakan munas itu, saya mengusulkan pembentukan DPP (Dewan Pengurus Pusat) gabungan dari Bali dan Jakarta," kata dia.

Hingga kini, pembicaraan mengenai rencana pembentukan DPP gabungan belum rampung, terutama terkait susunan kepengurusannya.

Agung meminta agar pembahasan mengenai hal itu tidak berlarut-larut sehingga munas dapat segera dilaksanakan.

"Saya tidak maruk jabatan, tapi munas itu harus diselenggarakan bersama. Silakan saja, bisa saya ketua umumnya (di DPP gabungan), atau Pak Aburizal yang jadi ketua umum atau wakil ketua umumnya," ujarnya.

Ia menambahkan, penyelenggaraan munas sebaiknya dilaksanakan pada awal 2016. Ada dua pertimbangan. Pertama, dalam waktu dekat Golkar akan menghadapi pemilihan kepala daerah serentak pada Desember 2015.

Energi Golkar akan tersedot habis untuk menyukseskan pergelaran kompetisi tersebut. (Baca: Aburizal: Tak Ada Munaslub, yang Ada Munas 2019)

Kedua, ada putusan Mahkamah Partai Golkar yang mewajibkan penyelenggaraan munas dilakukan sebelum Oktober 2016.

Namun, menurut dia, jika merujuk pada hasil Munas Riau 2009, sebenarnya batas akhir penyelenggaraan munas sudah berakhir pada akhir 2014.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Eks Bawahan SYL Mengaku Beri Tip untuk Angota Paspampres Jokowi

Eks Bawahan SYL Mengaku Beri Tip untuk Angota Paspampres Jokowi

Nasional
Jokowi Harap Presiden Baru Tuntaskan Pengiriman Alkes ke RS Sasaran

Jokowi Harap Presiden Baru Tuntaskan Pengiriman Alkes ke RS Sasaran

Nasional
Pakar Hukum Sebut Kecil Kemungkinan Gugatan PDI-P ke KPU Dikabulkan PTUN

Pakar Hukum Sebut Kecil Kemungkinan Gugatan PDI-P ke KPU Dikabulkan PTUN

Nasional
Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Gratifikasi Rp 650 Juta Bersama Pengacara

Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Gratifikasi Rp 650 Juta Bersama Pengacara

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Pengamat: Siapa Pun yang Jadi Benalu Presiden

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Pengamat: Siapa Pun yang Jadi Benalu Presiden

Nasional
Syarat Usia Masuk TK, SD, SMP, dan SMA di PPDB 2024

Syarat Usia Masuk TK, SD, SMP, dan SMA di PPDB 2024

Nasional
Jokowi Sebut Semua Negara Takuti 3 Hal, Salah Satunya Harga Minyak

Jokowi Sebut Semua Negara Takuti 3 Hal, Salah Satunya Harga Minyak

Nasional
Demokrat Anggap SBY dan Jokowi Dukung “Presidential Club”, tetapi Megawati Butuh Pendekatan

Demokrat Anggap SBY dan Jokowi Dukung “Presidential Club”, tetapi Megawati Butuh Pendekatan

Nasional
Demokrat Bilang SBY Sambut Baik Ide “Presidential Club” Prabowo

Demokrat Bilang SBY Sambut Baik Ide “Presidential Club” Prabowo

Nasional
Jokowi Kembali Ingatkan agar Anggaran Tidak Habis Dipakai Rapat dan Studi Banding

Jokowi Kembali Ingatkan agar Anggaran Tidak Habis Dipakai Rapat dan Studi Banding

Nasional
Jaksa Ungkap Ayah Gus Muhdlor Hubungkan Terdakwa dengan Hakim Agung Gazalba lewat Pengacara

Jaksa Ungkap Ayah Gus Muhdlor Hubungkan Terdakwa dengan Hakim Agung Gazalba lewat Pengacara

Nasional
Disebut PAN Calon Menteri Prabowo, Eko Patrio Miliki Harta Kekayaan Rp 131 Miliar

Disebut PAN Calon Menteri Prabowo, Eko Patrio Miliki Harta Kekayaan Rp 131 Miliar

Nasional
Termohon Salah Baca Jawaban Perkara, Hakim MK: Kemarin Kalah Badminton Ada Pengaruhnya

Termohon Salah Baca Jawaban Perkara, Hakim MK: Kemarin Kalah Badminton Ada Pengaruhnya

Nasional
Suhu Udara Panas, BMKG: Indonesia Tak Terdampak 'Heatwave'

Suhu Udara Panas, BMKG: Indonesia Tak Terdampak "Heatwave"

Nasional
Jumlah Dokter Spesialis Indonesia Kecil Dibanding Negara ASEAN, Jokowi: Masuk 3 Besar, tapi dari Bawah

Jumlah Dokter Spesialis Indonesia Kecil Dibanding Negara ASEAN, Jokowi: Masuk 3 Besar, tapi dari Bawah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com