Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebijakan Pertahanan Jokowi-JK Dinilai Tak Selaras dengan Visi Misi

Kompas.com - 20/10/2015, 07:21 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Setahun kepemimpinan Joko Widodo-Jusuf Kalla, upaya penguatan sistem pertahanan dinilai belum terlihat. Bahkan, kebijakan pemerintah dalam hal tersebut dianggap tidak selaras dengan visi misi pertahanan yang dipaparkan selama masa kampanye Pilpres 2014 lalu.

Pada poin kelima visi misi Jokowi-JK disebutkan, pemerintah berjanji menguatkan sistem pertahanan dengan pemenuhan kebutuhan pertahanan melalui peningkatan kesejahteraan prajurit dan penyediaan alutsista secara terpadu dengan anggaran pertahanan 1,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB/GDP).

"Realita yang terjadi saat ini, anggaran pertahanan 2016 turun dari anggaran sebelumnya (2015)," kata Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq kepada Kompas.com, Jumat (16/10/2015).

Pemerintah mengajukan anggaran sebesar Rp 95 triliun pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2016. Anggaran tersebut turun Rp 7 triliun dari anggaran 2015 yang mencapai Rp 102 triliun.

Selain itu, Mahfudz juga mengingatkan Jokowi-JK yang ingin menjadikan Indonesia sebagai poros negara maritim dunia.

Pada poin ketujuh visi misi disebutkan, pemerintah ingin membangun TNI yang berorientasi pada kekuatan laut. Dengan demikian, kemampuan TNI diharapkan dapat setara dengan negara-negara di kawasan regional Asia Timur dan kekuatannya disegani.

Mahfudz mengatakan, untuk dapat membangun sebuah negara dengan kekuatan maritim, dibutuhkan anggaran yang tidak sedikit. Fokus pembangunan pertahanan tak hanya sebatas pada kekuatan laut, tapi juga udara dan darat sebagai bantuan. Sinergi kekuatan pertahanan itu diperlukan untuk mengontrol seluruh wilayah Tanah Air.

"Negara maritim itu adalah suatu konsep dimana dia harus ditopang kemampuan kita untuk mengontrol wilayah kita sendiri," ujar Mahufdz.

Politik luar negeri belum tegas

Mahfudz juga mengingatkan agar Indonesia mengambil sikap tegas dalam menerapkan kebijakan politik luar negeri, dan tak terombang-ambing dengan dinamika politik kawasan.

"Kita harus mampu menarik suatu garis tegas. Kepentingan nasional kita apa, dan itulah yang harus menjadi dasar kebijakan nasional kita," kata dia.

Politisi PKS itu, mengatakan, saat ini Amerika Serikat dan China memiliki peran yang besar untuk memengaruhi dinamika kawasan. Secara garis politik, menurut dia, pemerintah cenderung berorientasi barat. Namun, dari sisi penguatan ekonomi, China terlihat lebih mendominasi.

Meski demikian, Mahfudz tak meminta pemerintah condong pada salah satu polar kekuatan yang ada. Pemerintah diharapkan dapat menyuarakan secara jelas kepentingan nasional Indonesia di kancah internasional.

"Sehingga, tidak menimbulkan komplikasi tertentu," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com