Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Jika Kinerjanya Buruk, Tedjo Edhy Layak Diganti

Kompas.com - 23/07/2015, 18:29 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com
- Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Djayadi Hanan, mengatakan mantan Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko bisa bekerja sama dengan Presiden Joko Widodo untuk menggantikan Menko Polhukam Tedjo Edhy Purdijatno yang kinerjanya dinilai kurang maksimal.

"Kalau memang kinerja Menko Tedjo layak diganti, ada beberapa kandidat yang layak untuk menggantikannya. Figur Moeldoko sungguh ideal memimpin Kemenko Polhukam," kata Djayadi di Jakarta, Kamis (23/7/2015).

Apalagi, lanjut dia, Moeldoko baru saja pensiun sebagai panglima TNI dan tenaganya masih dibutuhkan.

"Moeldoko orangnya bagus, kinerjanya tak buruk dan punya prestasi. Selama jadi panglima TNI, dia bisa bekerja sama dengan presiden," katanya.

Berdasarkan hasil survei terhadap kinerja Kabinet Kerja pemerintahan Jokowi-JK pada awal Juli 2015 lalu, kinerja Kementerian Politik Hukum dan Keamanan yang dipimpin Tedjo Edhy Purdijatno mendapat nilai paling buruk. Tedjo hanya mendapat nilai 9,9 persen kepuasan responden. Adapun, Kementerian Kelautan dan Perikanan yang dipimpin Susi Pudjiastuti mendapat rapor terbaik.

Ia menilai, kinerja buruk Menko Polhukam Tedjo Edhy Purdijatno disebabkan beberapa faktor, di antaranya Tedjo sering menimbulkan kontroversi di masyarakat.

Beberapa pernyataannya, termasuk yang menyebut pendukung KPK sebagai orang tidak jelas membuatnya mendapat banyak kritik. Belum lagi, kemampuannya dalam mengoordinasikan anak buahnya sangat diragukan.

Hal itu, kata Djayadi, lantaran Menkumham Yasonna Laoly yang berada di bawah koordinasinya sering membuat gaduh politik, di antaranya soal surat keputusan pengesahan pengurus PPP dan Partai Golkar.

Dosen Universitas Paramadina tersebut menyatakan, Presiden Jokowi wajib mengevaluasi kinerja anak buahnya. Apalagi, Jokowi sudah mendapat laporan kinerja enam bulanan yang dibuat Kepala Staf Kepresidenen Luhut Panjaitan.

Kalau memang Menko Tedjo mendapat rapor merah, tambah dia, tidak ada salahnya untuk diganti. Hanya saja, ia memprediksi reshuffle tidak akan dilakukan setelah Lebaran, tapi pada Oktober nanti.

"Ini dilakukan Jokowi untuk punya alasan yang kuat dari segi waktu untuk me-reshuffle menterinya ketika masa kerjanya setahun. Ada perbaikan atau tidak di bidang Polhukam, Jokowi bisa beri pertimbangan dipindah atau diganti (Menko Polhukam)," kata Djayadi.

Resistensi

Ia pun menggarisbawahi bahwa peluang Moeldoko bisa sebagai kandidat Menko Polhukam, kalau mendapat dukungan politik karena Tedjo masuk kabinet sebagai representasi dari Partai NasDem.

"Kalau Moeldoko tiba-tiba menggantikan Tedjo akan muncul resistensi dari partai pimpinan Surya Paloh tersebut," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Golkar, PAN dan Demokrat Sepakat Koalisi di Pilkada Kabupaten Bogor

Golkar, PAN dan Demokrat Sepakat Koalisi di Pilkada Kabupaten Bogor

Nasional
Ajakan Kerja Sama Prabowo Disebut Buat Membangun Kesepahaman

Ajakan Kerja Sama Prabowo Disebut Buat Membangun Kesepahaman

Nasional
Kubu Prabowo Ungkap Dirangkul Tak Berarti Masuk Kabinet

Kubu Prabowo Ungkap Dirangkul Tak Berarti Masuk Kabinet

Nasional
Pusat Penerbangan TNI AL Akan Pindahkan 6 Pesawat ke Tanjung Pinang, Termasuk Heli Anti-kapal Selam

Pusat Penerbangan TNI AL Akan Pindahkan 6 Pesawat ke Tanjung Pinang, Termasuk Heli Anti-kapal Selam

Nasional
Duet Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim Baru Disetujui Demokrat, Gerindra-Golkar-PAN Belum

Duet Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim Baru Disetujui Demokrat, Gerindra-Golkar-PAN Belum

Nasional
Panglima TNI Kunjungi Markas Pasukan Khusus AD Australia di Perth

Panglima TNI Kunjungi Markas Pasukan Khusus AD Australia di Perth

Nasional
Spesifikasi Rudal Exocet MM40 dan C-802 yang Ditembakkan TNI AL saat Latihan di Bali

Spesifikasi Rudal Exocet MM40 dan C-802 yang Ditembakkan TNI AL saat Latihan di Bali

Nasional
Dubes Palestina Yakin Dukungan Indonesia Tak Berubah Saat Prabowo Dilantik Jadi Presiden

Dubes Palestina Yakin Dukungan Indonesia Tak Berubah Saat Prabowo Dilantik Jadi Presiden

Nasional
Gambarkan Kondisi Terkini Gaza, Dubes Palestina: Hancur Lebur karena Israel

Gambarkan Kondisi Terkini Gaza, Dubes Palestina: Hancur Lebur karena Israel

Nasional
Ada Isu Kemensos Digabung KemenPPPA, Khofifah Menolak: Urusan Perempuan-Anak Tidak Sederhana

Ada Isu Kemensos Digabung KemenPPPA, Khofifah Menolak: Urusan Perempuan-Anak Tidak Sederhana

Nasional
DPR Disebut Dapat KIP Kuliah, Anggota Komisi X: Itu Hanya Metode Distribusi

DPR Disebut Dapat KIP Kuliah, Anggota Komisi X: Itu Hanya Metode Distribusi

Nasional
Komisi II DPR Sebut Penambahan Kementerian Perlu Revisi UU Kementerian Negara

Komisi II DPR Sebut Penambahan Kementerian Perlu Revisi UU Kementerian Negara

Nasional
Pengamat Dorong Skema Audit BPK Dievaluasi, Cegah Jual Beli Status WTP

Pengamat Dorong Skema Audit BPK Dievaluasi, Cegah Jual Beli Status WTP

Nasional
Maju Nonpartai, Berapa KTP yang Harus Dihimpun Calon Wali Kota dan Bupati Independen?

Maju Nonpartai, Berapa KTP yang Harus Dihimpun Calon Wali Kota dan Bupati Independen?

Nasional
Pengamat: Status WTP Diperjualbelikan karena BPK Minim Pengawasan

Pengamat: Status WTP Diperjualbelikan karena BPK Minim Pengawasan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads

Copyright 2008 - 2023 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com