Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: "Reshuffle" Sebaiknya Dimulai dari Pembantu Presiden di Istana

Kompas.com - 08/06/2015, 15:32 WIB
Abba Gabrillin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat ekonomi dari Universitas Katolik Atmajaya Jakarta, A Prasetyantoko, menyarankan agar evaluasi pertumbuhan ekonomi dimulai dari evaluasi kinerja para pembantu Presiden di lingkungan Istana.

Menurut dia, buruknya penanganan administrasi para pembantu Presiden harus didahulukan sebelum mengevaluasi kementerian.

"Kantor Presiden masih menghadapi masalah administrasi yang masih kacau. Kerja staf Presiden tidak maksimal. Kalau kementerian di-reshuffle, apa hasilnya tidak sama aja?" ujar Pras, dalam diskusi di Kantor Populi Center, Jakarta Barat, Senin (8/6/2015).

Pras mengatakan, kondisi saat ini memperlihatkan adanya jarak yang lebar antara target-target pemerintah dengan realitas yang terjadi. Pelemahan bidang ekonomi yang ditandai dengan tidak tercapainya target pertumbuhan 5,7 persen, dan menurunnya nilai rupiah membuat Presiden Joko Widodo perlu untuk melakukan pembenahan.

Menurut Pras, salah satu cara untuk mendongkrak perbaikan ekonomi adalah dengan mempercepat pengeluaran pemerintah. Namun, masalah yang dihadapi saat ini, para pembantu Presiden tidak handal dalam mengurus administrasi untuk memperkuat kebijakan.

"Pertama yang harus dibenahi adalah Kantor Presiden, itu urgensinya. Kalau sudah beres, baru kementerian dan lain-lain bisa ikut dievaluasi," kata Pras.

Menurut Pras, pengeluaran pemerintah dalam rangka menstabilkan harga, tingkat output, dan kesempatan kerja, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi setidaknya dapat dilakukan dalam jangka waktu satu tahun. Menurut dia, tahun ini adalah fase bagi pemerintah untuk melakukan perbaikan pada perangkat-perangkat pemerintah di bidang ekonomi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus Brigadir RAT, Beda Keterangan Keluarga dan Polisi, Atasan Harus Diperiksa

Kasus Brigadir RAT, Beda Keterangan Keluarga dan Polisi, Atasan Harus Diperiksa

Nasional
KPK Ancam Pidana Pihak yang Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

KPK Ancam Pidana Pihak yang Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Nasional
195.917 Visa Jemaah Haji Indonesia Sudah Terbit

195.917 Visa Jemaah Haji Indonesia Sudah Terbit

Nasional
Sukseskan Perhelatan 10th World Water Forum, BNPT Adakan Asesmen dan Sosialisasi Perlindungan Objek Vital di Bali

Sukseskan Perhelatan 10th World Water Forum, BNPT Adakan Asesmen dan Sosialisasi Perlindungan Objek Vital di Bali

Nasional
Penyidik KPK Enggan Terima Surat Ketidakhadiran Gus Muhdlor

Penyidik KPK Enggan Terima Surat Ketidakhadiran Gus Muhdlor

Nasional
Di Puncak Hari Air Dunia Ke-32, Menteri Basuki Ajak Semua Pihak Tingkatkan Kemampuan Pengelolaan Air

Di Puncak Hari Air Dunia Ke-32, Menteri Basuki Ajak Semua Pihak Tingkatkan Kemampuan Pengelolaan Air

Nasional
Ketum PGI Tagih Janji SBY dan Jokowi untuk Selesaikan Masalah Papua

Ketum PGI Tagih Janji SBY dan Jokowi untuk Selesaikan Masalah Papua

Nasional
Gus Muhdlor Kirim Surat Absen Pemeriksaan KPK, tetapi Tak Ada Alasan Ketidakhadiran

Gus Muhdlor Kirim Surat Absen Pemeriksaan KPK, tetapi Tak Ada Alasan Ketidakhadiran

Nasional
PPP Minta MK Beri Kebijakan Khusus agar Masuk DPR meski Tak Lolos Ambang Batas 4 Persen

PPP Minta MK Beri Kebijakan Khusus agar Masuk DPR meski Tak Lolos Ambang Batas 4 Persen

Nasional
Sidang Sengketa Pileg Kalteng Berlangsung Kilat, Pemohon Dianggap Tak Serius

Sidang Sengketa Pileg Kalteng Berlangsung Kilat, Pemohon Dianggap Tak Serius

Nasional
Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Nasional
Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, 'Push Up'

Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, "Push Up"

Nasional
KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

Nasional
Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Nasional
Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com