Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buwas dan Kontroversi Laporan Harta Kekayaan...

Kompas.com - 30/05/2015, 07:41 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pernyataan Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Polri Komisaris Jenderal (Pol) Budi Waseso menuai kontroversi. Budi Waseso yang lantang tidak mau melaporkan harta kekayaannya berupa Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menuai kecaman.

Sejak menjabat sebagai Kabareskrim pada Januari 2015 lalu, pria yang akrab disapa Buwas itu tidak kunjung melaporkan harta kekayaan. Tiap bertemu wartawan, Buwas selalu menyatakan bahwa harta kekayaannya masih dilakukan verifikasi demi keakuratan nilai.

Tapi, pernyataan berbeda dan sedikit mengejutkan dilontarkan Buwas ke wartawan di kompleks Mabes Polri, Jumat (29/5/2015) kemarin. "Saya tidak mau saya yang melaporkan," ujar Buwas.

Buwas malah meminta KPK menelusuri harta kekayaannya dan menuliskannya sendiri ke dalam formulir LHKPN. "Suruh KPK sendirilah yang mengisi," ucap dia.

Buwas punya alasan mengapa dirinya minta demikian. Pertama Buwas berpendapat bahwa mekanisme LHKPN akan lebih obyektif jika si penegak hukumnya sendiri yang "jemput bola" menelusuri nilai teraktual harta kekayaan penyelenggara negara. Dengan mekanisme seperti saat ini, dengan si pejabat negara yang melaporkan harta kekayaan, bisa saja nilai yang dilaporkan tidak sesuai.

Alasan kedua, ia tak ingin ketidakobyektifan tersebut menimbulkan permasalahan di kemudian hari. Sebaliknya, jika KPK memiliki tim khusus untuk menelusuri harta kekayaan, ia yakin tidak akan ada persoalan lagi karena proses verifikasi dilakukan sendiri oleh sang penegak hukum.

Bahkan Buwas menyarankan agar mekanisme penyerahan LHKPN diubah. Dia ingin KPK yang berperan aktif menelusuri nilai aktual harta kekayaan pejabat negara. (Baca: Budi Waseso Tak Mau Laporkan Harta Kekayaannya ke KPK)

"Silakan saja, kalau bisa memang harusnya demikian (diubah) ya. Justru itu malah jadi obyektif, kan dia ada timnya sendiri yang menelusurinya. Kalau pejabatnya yang disuruh ngisi sendiri, ya kan bisa saja hasilnya lain," ujar Buwas.

Menuai kecaman

Pernyataan Buwas yang lain dari pada yang lain ini mendapat kecaman dari sejumlah elemen masyarakat. Pengamat kepolisian Bambang Widodo Umar menilai, sikap Buwas itu bakalan jadi persepsi buruk di masyarakat.

"Masyarakat lantas bisa jadi menilai, mentang-mentang pejabat tinggi Polri, masak tidak mau melapor harta kekayaan," ujar Bambang, Jumat.

Bambang yang juga merupakan mantan Polisi berpangkat Komisaris Besar itu berpendapat, sebaiknya Kabareskrim berperilaku wajar saja di tengah citra kepolisian yang semakin buruk di masyarakat. Perilaku dan pernyataan yang tepat, sebut Bambang, dapat mengembalikan citra positif kepolisian. (Baca: Pengamat: Budi Waseso Harus Konsisten dengan Lapor Harta Kekayaan)

Kelompok relawan Joko Widodo pun angkat bicara. Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi menyayangkan jika masih ada pejabat negara di pemerintahan Joko Widodo yang tak mau melaporkan harta kekayaan. Pengabdian sang pejabat itu terhadap pemerintah patut dipertanyakan. (Baca: Relawan Jokowi Heran Budi Waseso Tidak Mau Laporkan Kekayaan)

"Jadi kalau penyelenggara negara itu menolak mewujudkannya dalam bentuk penyerahan LHKPN, maka dipertanyakan komitmen dia di dalam pengabdiannya terhadap pemerintah," ujar Arie, Jumat.

Arie mengatakan bahwa Jokowi berkomitmen mewujudkan pemerintahan yang bebas dari KKN dan transparan. Komitmen itu, menurut Arie, seharusnya juga ada pada pejabat yang duduk di setiap lini lembaga negara, termasuk Kabareskrim.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Nasional
Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Nasional
Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Nasional
Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Nasional
Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Nasional
Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Nasional
Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Nasional
Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Nasional
Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com