Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hasyim Muzadi: Harus Ada NU di Istana

Kompas.com - 05/03/2015, 21:04 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com- Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam Depok dan Malang KH Hasyim Muzadi dalam diskusi terbatas tentang "Nawa Cita menuju Kesejahteraan dan Kesalehan Sosial" menjelaskan posisinya di Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres).

Dalam pengarahan kepada para peserta diskusi yang mayoritas berasal dari Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (NU) se-Indonesia di Ponpes Al-Hikam Depok, Jawa Barat, Kamis, KH Hasyim menjelaskan tawaran jabatan di Wantimpres diterima karena dia menghargai permintaan Istana.

"Kalau tidak saya terima khawatir tidak ada perwakilan dari NU, sebab tidak mungkin Istana mengambil dari tokoh NU yang mendukung Prabowo-Hatta," kata mantan Ketua Umum Pengurus Besar NU itu.

Menurut KH Hasyim, dirinya sudah menjelaskan kepada Presiden dan Wakil Presiden bahwa kalau sewaktu-waktu diperlukan di NU dan jabatan Wantimpres tidak boleh dirangkap, maka dirinya akan mengundurkan diri dan penggantinya adalah orang NU yang dia tunjuk, sehingga perwakilan NU tetap ada di Wantimpres.

Ia juga mengemukakan, kini posisi NU sudah kalah sekian langkah dibanding Muhammadiyah, misalnya di Majlis Ulama Indonesia (MUI) serta pada forum lintas partai politik dan forum lintas agama di tingkat internasional, padahal NU sebelumnya memiliki peran strategis di lembaga atau forum tersebut.

Selain itu ia menegaskan, pengurus NU harus amanah dalam bidang ideologi dan organisasi serta jangan menjadikan NU "tempat indekosan" aliran-aliran yang tidak sepaham dengan NU.

"Orang yang membawa gerbong NU harus NU 24 karat dan harus bersih dari kecenderungan madzhab di luar NU," katanya sambil menambahkan adanya kiai sepuh yang meminta agar NU didekatkan kepada keluarga KH Hasyim Asy'ari (pendiri NU yang juga pahlawan nasional).

Kyai Hasyim kemudian melanjutkan tausiahnya agar NU ke depan memperbaiki manajemen organisasi, apalagi di internal NU ada banyak kiai yang alim dan intelektual serta ada pula figur-figur yang memiliki kemampuan dalam berbagai bidang akademis.

"Andai kata NU itu dibangun dengan gerakan 'institutional building', maka potensi mereka dapat dimanfaatkan untuk kepentingan NU dan negara," katanya sambil menekankan pentingnya meluruskan niat menyelamatkan NU dan mengembalikan NU pada relnya.

Kemudian pengarahan dilanjutkan oleh KH Shalahudin Wahid (adik mantan Presiden Almarhum Abdurrahman Wahid) yang menyampaikan kesediaannya menjadi Ketua Umum PBNU mendatang kalau diminta.

KH Shalahudin yang biasa dipanggil "Gus Sholah" itu mengaku telah mendapatkan dukungan dari kiai-kiai sepuh untuk menjadi Ketua Umum PBNU, termasuk dukungan tertulis dari Pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri KH Nawawi Abdul Jalil.

Gus Sholah juga mengemukakan adanya orang yang mengatakan dirinya sebagai orang NU baru, padahal menurut dia sejak muda dirinya sudah aktif di Pandu Ansor (organisasi kemasyaratan pemuda di Indonesia yang berafiliasi dengan NU) serta ikut dalam merumuskan perlawanan NU terhadap PKI.

"Memang waktu Gus Dur menjadi Ketua Umum PBNU, saya tidak masuk struktur PB sesuai saran dari Gus Dur. Tetapi setelah Gus Dur tidak lagi pada posisi Ketua Umum, saya kemudian masuk ke struktur PBNU," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Resmikan 40 Kilometer Jalan Inpres Senilai Rp 211 Miliar di NTB

Jokowi Resmikan 40 Kilometer Jalan Inpres Senilai Rp 211 Miliar di NTB

Nasional
Jokowi Akan Resmikan Bendungan dan Panen Jagung di NTB Hari ini

Jokowi Akan Resmikan Bendungan dan Panen Jagung di NTB Hari ini

Nasional
Meski Isyaratkan Merapat ke KIM, Cak Imin Tetap Ingin Mendebat Prabowo soal 'Food Estate'

Meski Isyaratkan Merapat ke KIM, Cak Imin Tetap Ingin Mendebat Prabowo soal "Food Estate"

Nasional
Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

Nasional
Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Nasional
Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Nasional
Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Nasional
Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Nasional
PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

Nasional
PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

Nasional
Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Nasional
Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Nasional
Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Nasional
Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang 'Hoaks'

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang "Hoaks"

Nasional
Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok 'Kepedasan' di Level 2

Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok "Kepedasan" di Level 2

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com