Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Diminta Awasi Eksploitasi SDA Sebelum Pilkada Serentak

Kompas.com - 05/03/2015, 03:17 WIB
PEKANBARU, KOMPAS.com- Peneliti Indonesia Center for Environmental Law (ICEL), Raynaldo Sembiring, berpendapat bahwa pemberian izin pemanfaatan sumber daya alam (SDA) secara masif akan meningkat sebelum Pemilukada. Sehingga, pemerintah perlu mengawasi secara optimal.

"Sebab besarnya biaya bagi calon kepala daerah untuk mengikuti proses pemilihan merupakan salah satu sebab munculnya pemberian izin secara masif itu," kata Raynaldo Sembiring dalam surat elektroniknya diterima Antara Riau, Rabu (4/3/2015).

Menurut dia, pemberian izin pemanfaatan sumber daya alam selalu memiliki dampak terhadap kondisi lingkungan hidup. Oleh karena itu, pemberian izin harus dilakukan secara hati-hati dengan mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup, kondisi sosial masyarakat, dan aspek terkait lainnya.

"Untuk mencegah eksploitasi SDA yang lebih masif itu, maka perlu dioptimalkan pengawasan khususnya oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, KPK, dan PPATK," katanya.

Ia berpendapat bahwa pengawasan tersebut akan lebih baik dilakukan sejak saat ini. Ini disebabkan banyaknya daerah yang akan melaksanakan Pemilukada secara serentak pada akhir tahun ini.

Selain itu terhadap setiap rencana pemberian izin, masyarakat dapat melakukan pengawasan karena masyarakat memiliki kesempatan untuk berpartisipasi terutama dalam penyelenggaraan Amdal.

"Pemilihan umum kepala daerah yang rencananya akan dilaksanakan secara serentak pada tahun 2015 merupakan alarm bagi upaya pelestarian lingkungan hidup. Pesta demokrasi tersebut bakal digelar pada 204 wilayah administrasi di Indonesia dan harus dikawal sejak jauh hari, terutama dampaknya terhadap eksploitasi SDA itu," katanya.

Kekhawatiran ini muncul, terutama pada beberapa daerah yang memiliki kekayaan sumber daya alam, dimana ada potensi pemberian izin secara masif untuk mengumpulkan dana terutama oleh calon petahana.

Pemilukada yang akan dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung diprediksi tetap akan membutuhkan dana yang besar, sehingga tetap ada potensi korupsi dengan pemberian izin eksploitasi sumber daya alam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com