Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut JK, Pelemparan di KJRI Sydney Bentuk Protes Biasa

Kompas.com - 04/03/2015, 22:07 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai, pelemparan balon berisi cairan merah ke gerbang Kantor Konsulat Jenderal RI di Sydney, Australia, tak perlu dirisaukan. Ia menilai hal tersebut merupakan bentuk ketidakpuasan atas kebijakan pemerintah Indonesia yang akan mengeksekusi mati dua terpidana narkotika asal Australia.

"Ya itu memang di mana-mana kan terjadi protes. Itu kalau dulu ada masalah hukuman mati Malaysia kan banyak juga masyarakat yang melempari Kedutaan Malaysia kan. Jadi sebenarnya itu tanda ketidakpuasan saja, itu biasa saja," kata Kalla di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Rabu (4/3/2015).

Meski demikian, Kalla mengatakan, pemerintah tidak mengharapkan insiden semacam pelemparan bola berisi cairan merah itu terjadi. "Tapi itu mungkin ekspresi ketidaksenangan saja," sambung Kalla.

Terkait eksekusi mati WN Australia, Kalla kembali menegaskan bahwa pemerintah akan tetap melaksanakan eksekusi sesuai dengan putusan Mahkamah Agung. Alasan pemerintah ini sudah disampaikan kembali oleh Menteri Luar Negeri Indonesia kepada Menteri Luar Negeri Australia.

Kalla juga menegaskan tidak ada rencana Pemerintah Australia untuk menarik duta besarnya dari Indonesia. Menurut dia, hubungan kerja sama Indonesia dengan Australia tetap berjalan. Demikian juga dengan hubungan dagang kedua negara, termasuk impor daging Australia.

"Enggak, enggak, itu di sana kan kita beli dari sana sapi contohnya, ekspor kita banyak juga hasil-hasil industri kita, tambang, macam minyak. Ini sebenarnya tidak terkait dengan perdagangan, tidak merusak hubungan dagang," tutur Kalla.

Insiden pelemparan balon berisi cairan merah seperti darah ini diduga berkaitan dengan rencana eksekusi dua terpidana asal Australia, yakni Andrew Chan dan Myuran Sukumaran. Konsul Penerangan, Sosial, dan Kebudayaan KJRI Sydney Nicolas Manoppo mengatakan, balon-balon berisi cairan merah yang akhirnya pecah itu pertama kali diketahui penjaga Kantor KJRI, Selasa pukul 05.40 waktu setempat.

Menteri Sekretaris Negara Pratikno mengaku telah menerima laporan yang disebutnya "insiden kecil" itu. Presiden Joko Widodo, menurut Pratikno, meyakini insiden kecil itu tak sampai mengganggu hubungan baik Indonesia dan Australia.

"(Insiden itu) sesuatu yang tidak perlu direspons dan kita tak perlu paranoid," kata Pratikno.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com