Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membangun NU, Membangun Indonesia

Kompas.com - 29/01/2015, 14:05 WIB

Menjelang  HUT Ke-89 Nahdlatul Ulama (NU) yang jatuh Sabtu (31/1/2015) lusa, PBNU bekerja sama dengan harian "Kompas" menggelar diskusi "Peranan NU di Tengah Perubahan Kekuatan Global", Selasa (27/1). Pembicara yang hadir Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, mantan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi, Sekjen PBNU  Marsudi Syuhud, peneliti senior J Kristiadi, pemikir kebangsaan Yudi Latif, dan Pemimpin Redaksi NU Online Syafi' Aliel'ha mewakili kalangan muda NU. Laporannya  dimuat mulai hari ini.

Oleh: M Fajar Marta

JAKARTA, KOMPAS - Tak dimungkiri, peran Nahdlatul Ulama sangat besar dalam mengawal toleransi kehidupan majemuk masyarakat Indonesia. Namun, peran NU dicemaskan tergerus seiring melemahnya soliditas dan daya tahan NU akibat kemiskinan struktural massa NU di pedesaan. Pemerintah harus membantu memperkuat kapasitas perekonomian dan pendidikan warga nahdliyin mengingat membangun NU sama dengan membangkitkan kejayaan Indonesia.

Sejak didirikan pada 31 Januari 1926 dan dipimpin KH Hasyim Asy'ari, Nahdlatul Ulama yang berarti kebangkitan ulama tak pernah lepas dari dinamika kehidupan Indonesia.

NU-lah yang menghidupkan kembali gerakan pribumisasi Islam, seperti yang dilakukan Wali Songo pada abad ke-14. NU juga ikut memobilisasi perlawanan menghadapi imperialis melalui resolusi jihad yang dikeluarkan pada 22 Oktober 1945.

Di dunia politik, NU pernah menjadi partai politik yang pada Pemilu 1955 mengumpulkan suara terbanyak ketiga secara nasional.

Namun, sejak 1984, NU kembali ke khittah-nya sebagai organisasi sosial kemasyarakatan yang bertujuan menegakkan ajaran Islam menurut paham Ahlus Sunnah Wal Jama'ah (Aswaja) yang disesuaikan dengan kultur masyarakat dalam bingkai nasionalisme dan Negara Kesatuan RI.

Sejak inilah NU kemudian banyak memelopori gerakan Islam kultural dan penguatan masyarakat sipil. Paham Aswaja yang dianut serta disosialisasikan keluarga besar NU dapat diterima masyarakat Indonesia karena menonjolkan sikap toleran dan moderat.

Di bidang akidah, misalnya, NU mengambil jalan tengah antara ekstrem aqli (rasionalis) dan ekstrem naqli (skripturalis). Itu karena sumber pemikiran NU berasal dari Al Quran, Sunah, kemampuan pikir, dan realitas empirik. Pola pikir tersebut dirujuk dari teolog besar Islam seperti Abu Hasan al-Asy'ari dan Abu Mansur al-Maturidi.

Di bidang fikih, NU juga menerima semua mazhab, yakni Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hambali. Adapun di bidang tasawuf, NU mengintegrasikan tasawuf dan syariat seperti metode ajaran Imam al-Ghazali dan Junaid al-Baghdadi.

Dengan pola dan paham seperti itu, NU pun berkembang dalam masyarakat Indonesia yang didominasi rakyat jelata yang hidup di pedesaan sebagai petani, terutama di tanah Jawa.

Kiai menjadi sentral dalam pergerakan NU bersama dunia pesantren yang merupakan pusat pendidikan rakyat dan cagar budaya NU.

Hingga era Orde Baru, masyarakat agraris dan pesantren di desa-desa yang notabene basis pendukung NU masih mendapat tempat dan perhatian dalam roda pembangunan.

Namun, arus globalisasi dan kapitalisasi yang makin kencang sejak era reformasi telah memarjinalkan sektor pedesaan.

Kemajuan teknologi dan komunikasi membuat sektor industri dan jasa lebih berkembang ketimbang sektor tradisional seperti pertanian. Ditambah lagi dengan ketidakmampuan pemerintah mempertahankan dan mengembangkan keunggulan agraris Indonesia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

MKD Disebut Bisa Langsung Tindak Anggota DPR Pemain Judi Online Tanpa Tunggu Laporan

MKD Disebut Bisa Langsung Tindak Anggota DPR Pemain Judi Online Tanpa Tunggu Laporan

Nasional
KPK Ungkap Modus Dugaan Korupsi Bansos Presiden, Kualitas Dikurangi

KPK Ungkap Modus Dugaan Korupsi Bansos Presiden, Kualitas Dikurangi

Nasional
Tiba di Pearl Harbor, KRI Raden Eddy Martadinata-331 Akan Latihan dengan Puluhan Kapal Perang Dunia

Tiba di Pearl Harbor, KRI Raden Eddy Martadinata-331 Akan Latihan dengan Puluhan Kapal Perang Dunia

Nasional
PKS Pastikan Sudah Komunikasi dengan Anies Sebelum Memasangkannya dengan Sohibul Iman

PKS Pastikan Sudah Komunikasi dengan Anies Sebelum Memasangkannya dengan Sohibul Iman

Nasional
Jokowi Sebut Surplus Panen Padi di Kotawaringin Timur Akan Dibawa ke IKN

Jokowi Sebut Surplus Panen Padi di Kotawaringin Timur Akan Dibawa ke IKN

Nasional
Hari Anti Narkotika Internasional, Mengadopsi Kebijakan Berbasis Ilmiah

Hari Anti Narkotika Internasional, Mengadopsi Kebijakan Berbasis Ilmiah

Nasional
Usung Anies-Sohibul di Pilkada Jakarta, PKS Dianggap Incar Efek 'Ekor Jas'

Usung Anies-Sohibul di Pilkada Jakarta, PKS Dianggap Incar Efek "Ekor Jas"

Nasional
Jokowi Sebut Indonesia Akan Terdampak Gelombang Panas Empat Bulan ke Depan

Jokowi Sebut Indonesia Akan Terdampak Gelombang Panas Empat Bulan ke Depan

Nasional
Duetkan Anies-Sohibul di Pilkada Jakarta, PKS Kurang Diuntungkan Secara Elektoral

Duetkan Anies-Sohibul di Pilkada Jakarta, PKS Kurang Diuntungkan Secara Elektoral

Nasional
3 Desa Dekat IKN Banjir, BNPB: Tak Berdampak Langsung ke Pembangunan

3 Desa Dekat IKN Banjir, BNPB: Tak Berdampak Langsung ke Pembangunan

Nasional
Wakasad Kunjungi Pabrik “Drone” Bayraktar di Turkiye

Wakasad Kunjungi Pabrik “Drone” Bayraktar di Turkiye

Nasional
Usung Anies di Pilkada Jakarta 2024, PKS Dianggap Menjaga Daya Tawar Politik

Usung Anies di Pilkada Jakarta 2024, PKS Dianggap Menjaga Daya Tawar Politik

Nasional
Blusukan di Kalteng, Jokowi Kaget Harga Bahan Pokok Hampir Sama dengan di Jawa

Blusukan di Kalteng, Jokowi Kaget Harga Bahan Pokok Hampir Sama dengan di Jawa

Nasional
Menko Polhukam: Pilkada Biasanya 2 Kali, di Daerah dan MK, TNI-Polri Harus Waspada

Menko Polhukam: Pilkada Biasanya 2 Kali, di Daerah dan MK, TNI-Polri Harus Waspada

Nasional
Bandar Judi Online Belum Disentuh, Kriminolog: Apa Benar Aparat Terkontaminasi?

Bandar Judi Online Belum Disentuh, Kriminolog: Apa Benar Aparat Terkontaminasi?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com