Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Poros Maritim Dunia Dipertanyakan, Gebrakan Menteri Susi Jadi Sorotan

Kompas.com - 28/01/2015, 07:19 WIB
Dani Prabowo

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Memasuki 100 hari pemerintahan, upaya Joko Widodo-Jusuf Kalla mewujudkan visi menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia yang selalu didengungkan belum terlihat. Publik masih menunggu kerja keras dan realisasi Jokowi beserta para pembantunya untuk merealisasikannya.

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang digadang-gadang sebagai motor penggerak untuk mewujudkan visi tersebut belum menunjukkan taringnya.

"Kami masih bertanya tentang program poros maritim dunia, tapi belum tampak," kata Wakil Ketua Komisi IV Herman Khaeron menanggapi program 100 hari kerja Jokowi-JK, di Kompleks Parlemen, Selasa (27/1/2015).

Pada kampanye Pemilu Presiden 2014 lalu, Jokowi secara masif memperkenalkan visinya tersebut. Bahkan, ketika pidato pelantikan sebagai Kepala Negara, ia menegaskan bahwa bangsa Indonesia sudah telah terlalu lama memunggungi laut, samudra, selat dan teluk. Sebagai negara maritim, Jokowi ingin menjadikan samudra, laut, selat dan teluk sebagai masa depan peradaban bangsa.

Herman mengatakan, sebagai koordinator, Kemenko Kemaritiman saat ini jauh lebih sibuk membenahi struktur organisasinya daripada mengurus persoalan maritim. Kondisi ini tentu jauh berbeda jika dibandingkan dengan kementerian lain yang berada di bawah koordinasinya, seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

Menurut Herman, KKP jauh lebih terlihat kinerjanya meski masih sebatas fokus pada peningkatan efisiensi dan hasil tangkap dari sektor perikanan. Wakil Ketua Fraksi Demokrat itu juga memuji kinerja Menteri Susi Pudjiastuti dalam memimpin KKP. Susi dinilai memiliki kelebihan dalam hal  kepemimpinan dan merealisasikan berbagai program KKP. Hal itu terbukti dari sejumlah program unggulan yang diciptakan Susi dalam mendukung Jokowi mewujudkan poros maritim dunia. Meski pun realisasi atas kebijakan-kebijakan itu belum terlalu terlihat.

"Dia membuat program unggulan baru seperti di bidang perikanan tangkap. Dia buat pembenahan, pemberantasan illegal fishing, moratorium perizinan, hingga verifikasi ulang terhadap krostonase," ujarnya.

Susi dan efek gentar untuk negara lain

Ketegasan Susi dalam memimpin kementeriannya dinilai perlu dicontoh oleh kementerian lain. Di saat kementerian lain masih ragu untuk menegakkan kedaulatan NKRI, Susi justru secara tegas memerintahkan agar kapal nelayan asing yang masuk perairan Indonesia ditembak.

"Itu tak pernah terjadi dalam pemerintahan sebelumnya. Itu menampilkan efek gentar yang dirasa negara lain," ujar Wakil Ketua Komisi I, Tantowi Yahya.

Tak hanya itu, ketegasan Susi juga terlihat saat ia memerintahkan untuk membakar sejumlah kapal nelayan pencuri ikan dari negara asing. Menurut Tantowi, kebijakan yang direalisasikan Susi ini secara tidak langsung memberikan kesan kepada negara sahabat bahwa Indonesia tidak lagi memberikan toleransi kepada para pelaku illegal fishing.

"Saya setelah Susi bakar beberapa kapal asing, sempat ke Vietnam, Thailand, dan Tiongkok. Secara eksplisit anggota Dewan di sana, DPR-nya pertanyakan hal itu. Tapi mereka tidak protes, justru mereka dapat peringatan besar agar tidak main-main dengan wilayah Indonesia, itu sesuatu yang baik," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com