JAKARTA, KOMPAS.com — Politisi senior Partai Golkar, Hajriyanto Y Thohari, meminta dua kubu Partai Golkar yang saat ini sedang berkonflik untuk sama-sama mempertimbangkan hasil survei terakhir Lingkaran Survei Indonesia.
Survei itu menunjukkan suara Golkar turun ke angka 8,4 persen karena kisruh dan dualisme kepemimpinan yang terjadi. Padahal, pada pemilu legislatif April lalu, Golkar masih mendapatkan 14,75 persen suara.
"Hasil survei LSI bahwa suara Partai Golkar merosot itu sebaiknya disikapi secara proporsional oleh elite pemimpin di DPP Partai Golkar, baik DPP hasil Munas Bali maupun Munas Jakarta," kata Hajriyanto saat dihubungi, Senin (22/12/2014).
Hajriyanto mengatakan, baik DPP hasil Munas Bali pimpinan Aburizal Bakrie maupun Munas Jakarta pimpinan Agung Laksono, saat ini sama-sama sedang memainkan politik "burung unta". Mereka, kata Hajriyanto, menutup mata terhadap ancaman yang akan segera menyerang Partai Golkar.
"Pernyataan orang DPP bahwa survei LSI yang mengatakan PG terjun bebas itu adalah survei yang tidak obyektif, survei yang salah, survei bayaran untuk menghancurkan Golkar. Survei pesanan eksternal PG, dan lain-lain. Burung unta itu suka menutupi dan menyembunyikan masalah," ujarnya. (Baca: Partai Golkar Diprediksi LSI Hanya Peroleh 8,4 Persen Suara)
Memang, lanjut Hajriyanto, hasil survei itu tidak perlu disikapi secara berlebihan seolah-olah menjadi "lonceng kematian" bagi masa depan Partai Golkar. Namun, sikap sinisme yang ditunjukkan oleh beberapa oknum DPP Partai Golkar itu, menurut dia, tidak mencerminkan sama sekali sikap seorang yang terpelajar.
"Seorang yang berpendidikan tinggi tidak begitu caranya membaca hasil survei. Sikap itu sangat tidak akademis dan tidak berjiwa sarjana. Hasil survei itu mestinya disikapi secara proporsional saja sebagaimana mestinya seorang yang berpendidikan dan kemudian diposisikan menjadi salah satu bahan pertimbangan penting untuk pengambilan kebijakan. Bukannya malah bersikap emosional yang mengesankan mengolok-olok atau mencemooh lembaga survei seperti itu," ucap Hajriyanto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.