Meski demikian, JK mengapresiasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang dianggapnya mampu menyelenggarakan pemilu dengan baik.
"Pemilu kali ini tidak ada gejolak yang besar, tidak ada korban jiwa karena konflik, kecuali karena kecelakaan," kata JK, dalam sambutannya pada Rapat Kordinasi Nasional (Rakornas) Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Eco Park, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara, Rabu (17/12/2014).
JK mengingatkan, ke depannya, KPU harus bisa mengaplikasikan sistem pemilihan elektronik atau e-voting. Sistem ini dinilainya jauh lebih baik daripada sistem manual atau sistem coblos seperti yang diterapkan pada Pilpres dan Pileg 2014.
"Karena ilmu dan teknologi berkembang terus, pemilihan lewat elektronik jadi kajian, lebih cepat lebih baik," katanya.
Salah satu keunggulan pemilihan elektronik, menurut JK, bisa mengurangi potensi "kongkalikong" untuk mengubah hasil pemilihan karena hampir semua prosesnya dilakukan oleh komputer. JK mengakui, hal itu tidak mudah untuk dilakukan.
"Di Indonesia tidak mudah memberikan trust pada sesuatu yang tidak dipahaminya," ujar JK.
Selain itu, menurut JK, masyarakat Indonesia seringkali kembali ke masa lalu. Sistem coblos yang berlaku saat ini, kata dia, sistem yang dilakukan pada tahun 1940-an lalu. Saat ini, hanya tiga negara yang mengaplikasikan sistem tersebut, di antaranya adalah Indonesia, Myanmar dan sebuah negara di Afrika.
"Kenapa kembali lagi pakai paku. Padahal sembilan puluh tujuh persen orang Indonesia bisa baca tulis," katanya.
Jika tidak bisa baca tulis, lanjut JK, pemilih pasti bisa mengenali angka yang melekat pada kandidat yang dipilih. Atau sang pemilih bisa membawa kerabatnya ke bilik untuk mengenali pilihannya.
"Saya juga bawa cucu (ke bilik), tidak masalah, saya pilih diri saya sendiri," ujar JK.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.