Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

JK Ingatkan KPU soal E-Voting

Kompas.com - 18/12/2014, 08:39 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai, pemilihan legislatif dan pemilihan presiden di Indonesia termasuk salah satu yang laing rumit di dunia. Faktornya, kata JK, salah satunya karena jumlah pemilih yang sangat banyak yaitu mencapai 185 juta serta prosesnya yang berlangsung secara manual.

Meski demikian, JK mengapresiasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang dianggapnya mampu menyelenggarakan pemilu dengan baik.

"Pemilu kali ini tidak ada gejolak yang besar, tidak ada korban jiwa karena konflik, kecuali karena kecelakaan," kata JK, dalam sambutannya pada Rapat Kordinasi Nasional (Rakornas) Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Eco Park, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara, Rabu (17/12/2014).

JK mengingatkan, ke depannya, KPU harus bisa mengaplikasikan sistem pemilihan elektronik atau e-voting. Sistem ini dinilainya jauh lebih baik daripada sistem manual atau sistem coblos seperti yang diterapkan pada Pilpres dan Pileg 2014.

"Karena ilmu dan teknologi berkembang terus, pemilihan lewat elektronik jadi kajian, lebih cepat lebih baik," katanya.

Salah satu keunggulan pemilihan elektronik, menurut JK, bisa mengurangi potensi "kongkalikong" untuk mengubah hasil pemilihan karena hampir semua prosesnya dilakukan oleh komputer. JK mengakui, hal itu tidak mudah untuk dilakukan.

"Di Indonesia tidak mudah memberikan trust pada sesuatu yang tidak dipahaminya," ujar JK.

Selain itu, menurut JK, masyarakat Indonesia seringkali kembali ke masa lalu. Sistem coblos yang berlaku saat ini, kata dia, sistem yang dilakukan pada tahun 1940-an lalu. Saat ini, hanya tiga negara yang mengaplikasikan sistem tersebut, di antaranya adalah Indonesia, Myanmar dan sebuah negara di Afrika.

"Kenapa kembali lagi pakai paku. Padahal sembilan puluh tujuh persen orang Indonesia bisa baca tulis," katanya.

Jika tidak bisa baca tulis, lanjut JK, pemilih pasti bisa mengenali angka yang melekat pada kandidat yang dipilih. Atau sang pemilih bisa membawa kerabatnya ke bilik untuk mengenali pilihannya.

"Saya juga bawa cucu (ke bilik), tidak masalah, saya pilih diri saya sendiri," ujar JK.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sukseskan WWF 2024, Pertamina Group Paparkan Aksi Dukung Keberlanjutan Air Bersih

Sukseskan WWF 2024, Pertamina Group Paparkan Aksi Dukung Keberlanjutan Air Bersih

Nasional
ICW Dorong Dewas KPK Tetap Bacakan Putusan Kasus Nurul Ghufron, Sebut Putusan Sela PTUN Bermasalah

ICW Dorong Dewas KPK Tetap Bacakan Putusan Kasus Nurul Ghufron, Sebut Putusan Sela PTUN Bermasalah

Nasional
Anies Dinilai Sulit Cari Partai yang Mau Mengusungnya Sebagai Cagub DKI Jakarta

Anies Dinilai Sulit Cari Partai yang Mau Mengusungnya Sebagai Cagub DKI Jakarta

Nasional
PAN Klaim Dapat Jatah 4 Menteri, Zulkifli hingga Viva Yoga Mauladi

PAN Klaim Dapat Jatah 4 Menteri, Zulkifli hingga Viva Yoga Mauladi

Nasional
SYL Klaim Tak Pernah 'Cawe-cawe' soal Teknis Perjalanan Dinas

SYL Klaim Tak Pernah "Cawe-cawe" soal Teknis Perjalanan Dinas

Nasional
Ribut dengan Dewas KPK, Nurul Ghufron: Konflik Itu Bukan Saya yang Menghendaki

Ribut dengan Dewas KPK, Nurul Ghufron: Konflik Itu Bukan Saya yang Menghendaki

Nasional
Kemenag Kecewa 47,5 Persen Penerbangan Haji yang Gunakan Garuda Indonesia Alami Keterlambatan

Kemenag Kecewa 47,5 Persen Penerbangan Haji yang Gunakan Garuda Indonesia Alami Keterlambatan

Nasional
Klarifikasi Korps Marinir soal Kematian Lettu Eko, Akui Awalnya Tak Jujur demi Jaga Marwah

Klarifikasi Korps Marinir soal Kematian Lettu Eko, Akui Awalnya Tak Jujur demi Jaga Marwah

Nasional
Anies dan Sudirman Said Sama-sama Ingin Maju Pilkada DKI, Siapa yang Mengalah?

Anies dan Sudirman Said Sama-sama Ingin Maju Pilkada DKI, Siapa yang Mengalah?

Nasional
Bertolak ke Sumbar, Jokowi dan Iriana Akan Tinjau Lokasi Banjir Bandang

Bertolak ke Sumbar, Jokowi dan Iriana Akan Tinjau Lokasi Banjir Bandang

Nasional
Dititip Kerja di Kementan dengan Gaji Rp 4,3 Juta, Nayunda Nabila Cuma Masuk 2 Kali

Dititip Kerja di Kementan dengan Gaji Rp 4,3 Juta, Nayunda Nabila Cuma Masuk 2 Kali

Nasional
Jabat Tangan Puan dan Jokowi di Tengah Isu Tak Solidnya Internal PDI-P

Jabat Tangan Puan dan Jokowi di Tengah Isu Tak Solidnya Internal PDI-P

Nasional
Saat Anak Buah Biayai Keperluan Pribadi SYL, Umrah hingga Servis 'Mercy'

Saat Anak Buah Biayai Keperluan Pribadi SYL, Umrah hingga Servis "Mercy"

Nasional
26 Tahun Reformasi: Robohnya Etika Bernegara

26 Tahun Reformasi: Robohnya Etika Bernegara

Nasional
Soal Perintah 'Tak Sejalan Silakan Mundur', SYL: Bukan soal Uang, tapi Program

Soal Perintah "Tak Sejalan Silakan Mundur", SYL: Bukan soal Uang, tapi Program

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com