Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antara Munas Bali dan Ancol...

Kompas.com - 08/12/2014, 12:00 WIB

KOMPAS.com - "Tolong panitia, kursi-kursi ditambah, ini peserta mbludak, melimpah ruah," kata pemimpin sidang paripurna komisi, Kelik Sumrahadi, yang juga Ketua DPD II Partai Golkar Purworejo, Jawa Tengah, Minggu (7/12/2014). Makin malam, peserta Munas IX Golkar di Ancol memang makin mengalir memenuhi Ballroom Krakatau Hotel Mercure, Ancol.

Menjelang pemaparan dari hasil kerja komisi A, B, dan C, ratusan peserta memang membanjiri ruang rapat Munas IX Partai Golkar yang digelar di Ancol. Tidak hanya ingin menjadi pendengar pasif, para peserta munas itu juga ingin menanggapi hasil kerja tiga komisi itu.

Terlepas dari persoalan legal dan ilegal, hasil kerja dari tiga komisi di Munas IX Ancol harus diakui sangat positif.

Komisi B, misalnya, menyarankan Golkar menggelar konvensi sebelum pemilihan presiden dan wakil presiden. ”Hasil konvensi diumumkan paling lambat satu tahun sebelum pilpres,” ujar pemimpin rapat komisi B, Indra J Piliang.

Konvensi lokal juga disarankan digelar sebelum pemilihan kepala daerah. Hasilnya, harus diumumkan minimal tiga bulan sebelum pemilihan kepala daerah sehingga ada persiapan sebelum ”bertarung” dengan kader dari partai politik lain.

Ketika Ketua Umum Golkar hasil Munas IX Bali Aburizal Bakrie berjanji membentuk sekolah kaderisasi, Munas IX Ancol juga punya visi untuk mencetak kader Golkar yang unggul. Bedanya, Munas IX Ancol menginginkan sistem kaderisasi dilakukan ”dari bawah ke atas”, dari desa atau kelurahan. Kader yang tumbuh dari level bawah sungguh didamba untuk membesarkan Partai Golkar.

Selain berupaya membenahi internal partai, hasil kerja Komisi C Munas IX Ancol juga mencoba mewarnai kehidupan bernegara. ”Hasil rapat Komisi C menyatakan mendukung pemilihan kepala daerah secara langsung. Kami juga menginginkan Koalisi Merah Putih (KMP) dan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dibubarkan,” ujar politisi Golkar Yan Hiksas yang disambut sorak-sorai peserta.

Dukungan Munas IX Ancol terhadap pilkada langsung yang tercantum dalam Perppu 1/2014, kata Indra, jangan diartikan dukungan terhadap kubu KIH. ”Perppu Pilkada itu, kan, produk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Justru Perppu itu mendukung SBY, dan SBY anggota KMP,” kata Indra.

Komisi C juga mendorong pemerintah memperbaiki kesejahteraan prajurit. Di sisi lain, ada pula rekomendasi atas kehadiran pemerintah dalam penyelesaian persoalan sosial dan lingkungan hidup.

Hasil kerja komisi-komisi di Munas IX Ancol amat beragam. Sulit disangkal jika hasil kerja itu adalah buah dari pemikiran banyak kepala yang dibiarkan berimajinasi positif demi masa depan yang lebih baik.
Senang

Husein Lubis, kader Golkar dari Malaysia, merasa senang dengan suasana di Munas IX Ancol. ”Kami datang bertujuh di Munas Bali, tapi tidak dapat pass sehingga tak bisa ikut sidang. Di Ancol, kami dapat ikut berdiskusi,” ujarnya.

Kelik Sumrahadi, yang mengaku juga menghadiri Munas IX Bali, menyampaikan perbedaan antara dua munas itu. ”Bali suasananya mencekam, tak bisa diceritakan lebih dari itu. Pimpinan sidang memaksakan diri. Kalau di sini diberi kesempatan ngomong,” katanya.

Terkait ancaman pemecatan dari kubu Munas Bali terhadap kader Golkar yang hadir di Munas Ancol, Kelik mengatakan tak percaya dengan kabar itu. ”Golkar itu kebersamaan dan demokratis. Sekarang mencari kader satu saja sulit kok pecat memecat. Slogan ’Suara Rakyat Suara Golkar’ harus diwujudkan. Aset kita itu rakyat,” kata Kelik.

Menjawab pertanyaan terkait legalitas Munas Ancol, Sekretaris Panitia Penyelenggara Munas Ace Hasan Syadzily menegaskan, "Kami sangat ketat memverifikasi peserta. Kami tak main-main dengan legalitas, ada verifikasi di depan notaris."

Namun, akhirnya, ancaman pemecatan dan persoalan legalitas menjadi urusan nomor ke sekian di benak peserta Munas Ancol yang dengan serius berpikir untuk Golkar. Masalah itu harusnya tidak menjadi ganjalan bila sejak awal demokratisasi terbangun di Partai Golkar.

Simak pula pantun penutup calon wakil ketua umum Golkar Agus Gumiwang Kartasasmita dalam pemaparan visi misinya. Petik-petik buah khuldi/ Petiklah satu, tanggung akibatnya/ Partai politik bukan milik pribadi/ Tapi milik kita semuanya. (HARYO DAMARDONO/AMIR SODIKIN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Polemik UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Soal Polemik UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Nasional
Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Nasional
Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi Jika Setujui RUU Penyiaran

Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi Jika Setujui RUU Penyiaran

Nasional
Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Nasional
Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Nasional
Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Nasional
Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Nasional
Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Nasional
Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Nasional
Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Nasional
SYL Berkali-kali 'Palak' Pegawai Kementan: Minta Dibelikan Ponsel, Parfum hingga Pin Emas

SYL Berkali-kali "Palak" Pegawai Kementan: Minta Dibelikan Ponsel, Parfum hingga Pin Emas

Nasional
Anak SYL Ikut-ikutan Usul Nama untuk Isi Jabatan di Kementan

Anak SYL Ikut-ikutan Usul Nama untuk Isi Jabatan di Kementan

Nasional
Cucu SYL Dapat Jatah Jabatan Tenaga Ahli di Kementan, Digaji Rp 10 Juta Per Bulan

Cucu SYL Dapat Jatah Jabatan Tenaga Ahli di Kementan, Digaji Rp 10 Juta Per Bulan

Nasional
KPK Duga Negara Rugi Ratusan Miliar Rupiah akibat Korupsi di PT PGN

KPK Duga Negara Rugi Ratusan Miliar Rupiah akibat Korupsi di PT PGN

Nasional
Berbagai Alasan Elite PDI-P soal Jokowi Tak Diundang ke Rakernas

Berbagai Alasan Elite PDI-P soal Jokowi Tak Diundang ke Rakernas

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com