Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PPP Kubu Romahurmuziy siap Hadapi Gugatan Suryadharma

Kompas.com - 02/11/2014, 17:47 WIB
Indra Akuntono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua DPP PPP Hasan Husain Lubis menyatakan, pihaknya siap menghadapi gugatan Suryadharma Ali di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) terkait putusan Kementerian Hukum dan HAM tentang hasil Muktamar VIII PPP yang menetapkan Romahurmuziy sebagai Ketua Umum PPP periode 2014-2019. Menurut Hasan, kubu Suryadharma tak memiliki modal kuat untuk memenangkan gugatan.

"Itu hak (Suryadharma) untuk membawa ke PTUN dan kita sudah siapkan bahan-bahan untuk menghadapi itu," kata Hasan, di Jakarta, Minggu (2/11/2014).

Hasan menjelaskan, modal yang ia bawa adalah data kehadiran 869 kader PPP dalam Muktamar VIII di Surabaya. Data hadir tersebut telah dijadikan sebuah akta melalui bantuan notaris.

Selanjutnya, Muktamar VIII PPP di Surabaya juga sah kerena dihadiri oleh mayorita pengurus harian PPP. Selain itu, hasilnya telah diserahkan pada Kementerian Hukum dan HAM sebagai laporan perubahan struktur kepengurusan PPP periode 2014-2019.

"Dasar-dasar itu sudah kita miliki, jadi kita sah dan Muktamar Sahid (versi Suryadharma) itu yang ilegal dan abal-abal," ujarnya.

Sebelumnya, Menhuk dan HAM Yasonna Hamonangan Laoly telah mengeluarkan surat keputusan tentang pengesahan perubahan susunan kepengurusan DPP PPP. Jika ada yang tidak setuju dengan keputusan itu, Yasonna mempersilakan pihak tersebut menggugatnya ke PTUN.

Yasonna mengaku menandatangani surat keputusan tersebut pada Selasa (28/10/2014) siang. Menurut Yasonna, dikeluarkannya surat keputusan itu didasari pada kajian yang telah dilakukan oleh Kemenhuk dan HAM.

Terkait itu, Suryadharma Ali melaporkan keputusan yang dikeluarkan Kemenhuk dan HAM yang mengesahkan kepengurusan PPP versi Romahurmuziy ke PTUN. Dalam laporannya, PPP kubu Suryadharma minta keputusan Kemenhuk dan HAM itu dibatalkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com