Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Andrinof, Pemikir "Out of the Box"

Kompas.com - 26/10/2014, 19:45 WIB
Hindra Liauw

Penulis

Sumber Antara
JAKARTA, KOMPAS.com - Lantang dan selalu menyuarakan pemikiran pembangunan yang berbeda dari gagasan arus utama (mainstream) adalah karakter yang dikenal melekat pada diri Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Andrinof A. Chaniago.

Di tangan pria kelahiran 3 November 1962 inilah, Presiden Joko Widodo mengharapkan program pembangunan berorientasi kesejahteraan rakyat dapat direncanakan dan diimplementasikan dengan baik. Bappenas juga diharapkan dapat menjadi Lembaga yang berperan kuat dan mampu mengkoordinasi rencana pembangunan pemerintah pusat dan daerah.

Andrinof merupakan salah satu representasi janji Jokowi untuk menunjuk menteri dari kalangan profesional dan akademisi.

Pria berkumis ini adalah ahli kebijakan publik dan perencanaan yang lulus dari program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Dia juga dikenal sebagai akademisi yang sangat aktif mengikuti pelatihan dan seminar pembangunan di luar negeri.

Dia pernah mengenyam pendidikan di The National Development Courses dari Fu Hsing Kang College, Taipei, Taiwan, (2004). Selain itu, dia juga mengikuti pelatihan dan seminar bertajuk "Economic Globalization", Wuhan, Tiongkok pada 2007, "Taiwan Economic Development and Planning", di Taipei, Taiwan pada 2006. Kemudian "Sustainable Urban Development" di Touyuan City, Taiwan, 2004, serta "Conflict Mediation", di Oslo dan Troms O, Norwegia, 2003.

"Dia salah satu pemikir yang selalu memberikan gagasan di luar pemikiran 'mainstream', selalu 'out of the box'," kata Ahmad Erani Yustika, kolega Andrinof, yang merupakan Guru Besar Ekonomi Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur kepada Antara, Minggu.

Presiden Jokowi menegaskan Andrinof sebagai akademisi di Kabinet Kerja, diharapkan dapat membuat perencanaan yang mendukung kesuksesan pembangunan.

"Beliau adalah ahli kebijakan publik dan anggaran, Saya mengajak beliau agar pembangunan kita tidak gagal," kata Joko Widodo (Jokowi) saat konferensi pers Anggota Kabinet Kerja 2014-2019 di Jakarta, Minggu

Sejak menempuh pendidikan di UI, Andrinof dikenal sebagai aktivis yang sangat kritis. Kalangan pemikir dari UI mungkin sudah tidak asing lagi dengannya.

Dia pernah menjabat sebagai Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa dan menjadi Ketua Umum Senat Mahasiswa UI. Pemikiran kritisnya itu hingga kini dia suarakan melalui karya-karya tulisan di media massa terkemuka, dan juga buku.

Buku karya Andrinof yang sangat dikenal adalah "Gagalnya Pembangunan: Kajian Ekonomi Politik Akar Krisis Indonesia" yang terbit tahun 2001.

Melalui buku itulah, Andrinof mulai dikenal sebagai peneliti yang tidak hanya "hatam" ilmu pembangunan dan kebijakan publik, namun juga ilmu ekonomi, kesejahteraan rakyat, dan ilmu-ilmu sosial lainnya. Karakter ahli lintas sektor inilah yang dianggap pantas untuk menjadi Kepala Bappenas.

"Kalau baca bukunya Andrinof, bisa dipahami, kalau Andrinof juga mengerti ilmu-ilmu di luar kebijakan publik. Dia juga menguasai ekonomi, dan kesra dan lainnya," ujar Erani.

Tim pemikir

Andrinof dan Erani adalah dua punggawa tim pemikir pembangunan, Visi Indonesia 2033. Melalui tim ini, Andrinof dan para peneliti, pernah menyuarakan pemindahan ibu kota pemerintahan dari Jakarta ke Kalimantan. Tujuan utamanya adalah menciptakan kesejahteraan dan pertumbuhan pembangunan yang berkelanjutan bagi masa depan Indonesia.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com