Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut Nazaruddin, Anas Akan Bongkar Dugaan Korupsi Ibas

Kompas.com - 10/10/2014, 12:50 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin, menyebut mantan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, tahu soal dugaan aliran dana ke Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas). Menurut Nazaruddin, Anas akan membongkar dugaan penerimaan uang tersebut.

"Ini yang pasti banyak proyek, banyak penerimaan, nanti Mas Anas mau juga membantu menjelaskan. Nanti yang penting begini, kita bantu KPK untuk mengumpulkan semua buktinya, kita dukung KPK," kata Nazaruddin di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta, Jumat (10/10/2014), saat akan diperiksa sebagai saksi dalam kasus dugaan korupsi proyek wisma atlet SEA Games.

Menurut Nazaruddin, Ibas menerima uang hingga jutaan dollar AS dari beberapa proyek, antara lain proyek wisma atlet SEA Games dan proyek di Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).

Penerimaan-penerimaan ini diketahui Nazaruddin selaku Bendahara Umum Demorat ketika itu dan Anas selaku Ketua Umum Demokrat saat itu. (Baca: Ruhut: Iris Kuping dan Leher Saya kalau Ibas Korupsi)

"Waktu jadi DPR, dia (Ibas) jadi sekjen, saya jadi bendahara umum. Jadi gini, Mas Anas tahu, Mas Ibas tahu, semuanya itu sama-sama, nanti dijelaskan secara detail," ujar Nazaruddin.

Nazaruddin mengatakan bahwa Ibas menerima uang di sejumlah tempat, antara lain di ruangan dia di Gedung DPR, dan di kawasan Ciasem. Mantan anggota DPR ini juga mengaku pernah diperintah Ibas untuk mengambil uang dari Menteri ESDM sebelum Jero Wacik.

"Ada juga ketika saya suruh ngambil duit untuk kas DPP. Jadi, (ada) banyak. Nanti (diinformasikan juga soal) banyak proyek, banyak penerimaan," ucap Nazar.

Seusai diperiksa oleh KPK pada Kamis (9/10/2014) malam, Nazaruddin mengaku sudah menyampaikan soal aliran uang terkait Ibas tersebut kepada tim penyidik. Nazar mengaku telah menyampaikan secara detail mengenai lokasi ketika Ibas menerima uang terkait proyek wisma atlet. (Baca: Nazaruddin Sebut Ibas Juga Terima 450.000 Dollar AS Terkait Wisma Atlet)

Dia juga menuding Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin menerima uang miliaran rupiah terkait wisma atlet SEA Games Palembang.

Mengenai tudingan Nazaruddin terhadap Ibas, Sekretaris DPP Partai Demokrat Farhan Effendy membantahnya. Dia menyebut omongan Nazaruddin ngawur alias tidak bisa dipercaya. Farhan juga mengira KPK paham bahwa ucapan Nazaruddin tersebut hanya untuk kepentingan politiknya.

"Itu omongannya orang ngelantur, ngaco. Memfitnah orang kok tak henti-henti. Mungkin Nazaruddin lelah merasai nasibnya dipenjara. Mungkin juga dia kecewa dengan keadaan dan nasib yang menimpanya sehingga membual semaunya. Tidak ada petir dan hujan, tiba-tiba mengobral komentar semau-maunya," kata Effendy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

Nasional
PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com