Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PPP Bisa Merapat jika Jokowi Tunjuk Lukman Hakim Jadi Menteri Agama

Kompas.com - 24/09/2014, 16:28 WIB
Ihsanuddin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden terpilih Joko Widodo akan mendapat keuntungan bila menunjuk kembali Lukman Hakim Saifuddin sebagai menteri agama dalam kabinetnya mendatang. Upaya itu diyakini dapat menarik Partai Persatuan Pembangunan, partai yang menaungi Lukman, untuk bergabung dalam koalisi pendukung pemerintah.

"PPP pasti akan mempertimbangkan untuk masuk ke koalisi Jokowi kalau kadernya ditunjuk jadi menteri," kata Direktur Institute for Transformation Studies (Intrans) Saiful Haq dalam keterangan pers tentang riset dan diskusi Menakar Kabinet Trisakti Jokowi-JK di Jakarta, Rabu (24/9/2014) siang.

Selain untuk menarik dukungan PPP, kata Saiful, Lukman juga dianggap berprestasi meski menjabat menteri agama dalam waktu yang singkat. Dalam riset yang dilakukan Intrans, nama Lukman menempati urutan teratas sebagai calon pemimpin Kementerian Agama. Namanya bersaing dengan Ketua DPP Golkar Hajriyanto Y Thohari dan Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Komaruddin Hidayat.

"Lukman Hakim dipertahankan cukup bagus, beberapa hari setelah menjabat menteri agama, dia langsung membuat terobosan. Dia menyelesaikan kasus minoritas, seperti Syiah. Dia juga merangkul umat Kristen," ujar Saiful.

Sebelum menjadi menteri agama, Lukman menjabat Wakil Ketua MPR dari Fraksi PPP. Ia dilantik sebagai menteri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 9 Juni 2014 dan menggantikan Suryadharma Ali yang ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan korupsi penyelenggaraan haji.

Riset Instrans dilakukan dalam beberapa tahapan dan metode untuk menghasilkan nama calon menteri. Pertama, dilakukan riset terhadap nama-nama yang muncul di media massa dan polling. Setelah itu, dilakukan pendalaman kriteria dan analisis figur dengan focus group discussion (FGD) yang dilakukan para ahli.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com