Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Istana Kepresidenan Akan Berperang Melawan Mafia

Kompas.com - 23/09/2014, 15:01 WIB


KOMPAS.com - DALAM Muktamar Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Surabaya, Jawa Timur, Minggu, 31 Agustus 2014, presiden terpilih Joko Widodo menyatakan, di Indonesia saat ini ada banyak mafia minyak dan gas serta listrik.

Sebelumnya, dalam debat calon presiden dan calon wakil presiden di putaran terakhir, di Hotel Bidakara, Jakarta, Sabtu, 5 Juli 2014, calon wakil presiden (saat itu) Jusuf Kalla dengan lantang mengatakan soal mafia minyak, mafia daging sapi, mafia urusan haji, dan lain-lainnya.

Jokowi mengatakan, ada hal yang tidak beres di dunia minyak di Indonesia. Ia mengatakan, negara harus berani mengenyahkan mafia minyak ini. ”Kita punya minyak, tetapi mau beli saja harus antre. Sebab, di dalamnya ada yang tidak betul. Mafia minyak,” ujar Jokowi.

Tugas menteri kabinet Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) adalah berperang melawan mafia. ”Tugas menteri yang baru nanti pertama kali adalah menghilangkan hal-hal yang tidak betul itu,” ujarnya.

Beberapa hari kemudian, Komisi Pemberantasan Korupsi di Jakarta, Rabu, 3 September 2014, mengumumkan Jero Wacik (Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral) sebagai tersangka kasus korupsi. Diberitakan, penetapan Jero ini semakin menguak tata kelola minyak dan gas bumi di Indonesia yang penuh praktik korupsi.

Penetapan Jero sebagai tersangka ini berkaitan dengan penyelidikan KPK atas hasil pengembangan penyidikan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Rudi Rubiandini yang tertangkap menerima suap 400.000 dollar Amerika Serikat dari komisaris Kernel Oil Pte, Simon Gunawan Tanjaya, pada 14 Agustus 2013.

Pencanangan perang terhadap mafia migas dan mafia lainnya oleh Jokowi dan JK serta penetapan Jero Wacik sebagai tersangka sudah menjadi pembicaraan banyak orang di Istana Kepresidenan, halte bus, stasiun kereta api, toilet umum, dan mal-mal.

Tidak malu

Seorang warga Indonesia yang bekerja di perusahaan minyak dan gas bumi multinasional asal Italia, Ente Nazionale Idocarburi (ENI), mengatakan tidak terlalu merasa malu dengan tersiarnya mafia minyak di Indonesia dan penetapan Jero Wacik sebagai tersangka.

”Di sejumlah negara berkembang, mafia, kolusi, korupsi, dan nepotisme masih menjadi hal yang biasa,” ujar dia.

Dalam sebuah diskusi tidak resmi di sebuah mal di Jakarta, seseorang yang lama bekerja di bidang migas dan tidak mau disebut identitasnya mengatakan, pernyataan Jokowi soal antre minyak perlu dikoreksi. ”Sebab, minyak yang ada di perut bumi Indonesia saat ini sudah sangat berkurang, sudah mendekati lampu merah, sementara kebutuhan minyak meningkat drastis,” ujarnya.
Ia juga mengatakan, menghapuskan mafia minyak di Indonesia tidak semudah membalikkan tangan. Mafia di sini bukan hanya di sektor migas, melainkan ada mafia cabai, mafia beras, mafia kayu, dan mafia pajak. Selamat berperang! (J Osdar)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KSAU Tinjau Kesiapan Pengoperasian Jet Tempur Rafale di Lanud Supadio Pontianak

KSAU Tinjau Kesiapan Pengoperasian Jet Tempur Rafale di Lanud Supadio Pontianak

Nasional
Jokowi: Alat Komunikasi Kita Didominasi Impor, Sebabkan Defisit Perdagangan Rp 30 Triliun

Jokowi: Alat Komunikasi Kita Didominasi Impor, Sebabkan Defisit Perdagangan Rp 30 Triliun

Nasional
Wapres Ma’ruf Amin Minta Penyaluran Dana CSR Desa Diperhatikan agar Tepat Sasaran

Wapres Ma’ruf Amin Minta Penyaluran Dana CSR Desa Diperhatikan agar Tepat Sasaran

Nasional
Hakim MK Tegur KPU karena Renvoi Tak Tertib dalam Sengketa Pileg

Hakim MK Tegur KPU karena Renvoi Tak Tertib dalam Sengketa Pileg

Nasional
Soal Silaturahmi Kebangsaan dengan Presiden dan Wapres Terdahulu, Bamsoet: Tinggal Tunggu Jawaban

Soal Silaturahmi Kebangsaan dengan Presiden dan Wapres Terdahulu, Bamsoet: Tinggal Tunggu Jawaban

Nasional
Hormati Ganjar, Waketum Gerindra: Sikap Oposisi Bukan Pilihan yang Salah

Hormati Ganjar, Waketum Gerindra: Sikap Oposisi Bukan Pilihan yang Salah

Nasional
Ganjar Pilih di Luar Pemerintahan, Bamsoet: Boleh, tapi Kita Bekerja Gotong Royong

Ganjar Pilih di Luar Pemerintahan, Bamsoet: Boleh, tapi Kita Bekerja Gotong Royong

Nasional
Hanya Ada 2 'Supplier' Indonesia yang Pasok Perangkat untuk Apple, Jokowi: Memprihatinkan

Hanya Ada 2 "Supplier" Indonesia yang Pasok Perangkat untuk Apple, Jokowi: Memprihatinkan

Nasional
Jokowi Resmikan Indonesia Digital Test House, Anggarannya Hampir 1 Triliun

Jokowi Resmikan Indonesia Digital Test House, Anggarannya Hampir 1 Triliun

Nasional
KPK Didesak Usut Pemberian THR ke Anggota DPR dari Kementan, Panggil Bersaksi dalam Sidang

KPK Didesak Usut Pemberian THR ke Anggota DPR dari Kementan, Panggil Bersaksi dalam Sidang

Nasional
Pabrik Bata Tutup, Jokowi: Usaha Itu Naik Turun, karena Efisiensi atau Kalah Saing

Pabrik Bata Tutup, Jokowi: Usaha Itu Naik Turun, karena Efisiensi atau Kalah Saing

Nasional
KPU Ungkap Formulir C.Hasil Pileg 2024 Paniai Dibawa Lari KPPS

KPU Ungkap Formulir C.Hasil Pileg 2024 Paniai Dibawa Lari KPPS

Nasional
Soal 'Presidential Club' Prabowo, Bamsoet Sebut Dewan Pertimbangan Agung Bisa Dihidupkan Kembali

Soal "Presidential Club" Prabowo, Bamsoet Sebut Dewan Pertimbangan Agung Bisa Dihidupkan Kembali

Nasional
KPK Periksa Dirut Nonaktif PT Taspen Antonius Kosasih

KPK Periksa Dirut Nonaktif PT Taspen Antonius Kosasih

Nasional
KPU Ungkap 13 Panitia Pemilihan di Papua Tengah yang Tahan Rekapitulasi Suara Berujung Dipecat

KPU Ungkap 13 Panitia Pemilihan di Papua Tengah yang Tahan Rekapitulasi Suara Berujung Dipecat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com