Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kubu Suryadharma Tuding PPP Dimanfaatkan oleh Kadernya Sendiri

Kompas.com - 17/09/2014, 14:38 WIB
Indra Akuntono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pimpinan Suryadharma Ali, Syaifullah Tamliha, menengarai ada intrik politik tertentu yang memicu kembali pecahnya tubuh PPP. Ia menyebutkan, intrik itu bermula dari kekecewaan Sekjen PPP Romahurmuziy atau Romi karena merasa tak didukung oleh Suryadharma untuk menjadi pimpinan DPR.

Tamliha mengatakan, Romi sempat mengirim pesan (SMS) kepada Suryadharma agar dirinya ditunjuk sebagai calon pimpinan DPR. Pesan tersebut dikirimkan Romi beberapa hari sebelum digelarnya Rapat Pengurus Harian DPP PPP di kantor DPP PPP, Selasa (9/9/2014) malam.

"Kemudian Ketum (Suryadharma) menginginkan permintaan itu dibicarakan dulu di dalam rapat. Tapi dia (Romi) menilai Suryadharma menjalankan standar ganda," kata Tamliha di Kompleks Gedung Parlemen, Jakarta, Rabu (17/9/2014).

Standar ganda yang dimaksud adalah tidak adanya proses rapat pengurus ketika Suryadharma menunjuk Dimyati Natakusumah sebagai pengganti Lukman Hakim yang mundur dari jabatan Wakil Ketua MPR karena menjadi Menteri Agama. "Lantas dia (Romi) kecewa. Dia pecatlah Pak Ketua Umum (PPP)," ujar Tamliha.

Anggota Komisi I DPR itu mengatakan, Rapat Pengurus Harian DPP PPP di kantor DPP PPP pada Selasa malam lalu hanya akal-akalan Romi agar dapat menjalankan intrik politiknya. Undangan rapat itu hanya ditandatangani oleh Romi dan agenda rapatnya adalah evaluasi hasil pemilu, orientasi calon anggota legislatif terpilih, dan pembentukan panitia muktamar.

"Tidak ada agenda pemberhentian Suryadharma, tapi baru agenda pertama sudah dibelokin," ucapnya.

Menurut Tamliha, Romi ingin mendapat keuntungan ganda dengan memanfaatkan PPP. Pertama, kata Tamliha, Romi ingin mendapat kursi pimpinan DPR dengan cara memanfaatkan posisi PPP di Koalisi Merah Putih. Sesuai UU MD3 dan peraturan tata tertib tentang DPR, pimpinan DPR dipilih melalui sistem paket dan berlaku untuk lima tahun. Setelah dipastikan dapat kursi pimpinan DPR, Romi akan membawa PPP dalam barisan partai pendukung pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Tamliha menuding Romi berusaha menggelar musyawarah kerja nasional (mukernas) PPP untuk menyusun kepengurusan baru yang didominasi oleh elite PPP yang berseberangan dengan Suryadharma.

Tamliha menantang kubu Romi untuk menyelesaikan masalah ini di forum muktamar. Muktamar merupakan forum tertinggi di PPP yang memiliki wewenang untuk menyusun kepengurusan baru. "Daripada bergejolak terus, lebih baik kita tantang selesaikan di muktamar. Kenapa dia tidak berani, padahal Pak Suryadharma bersedia dan tak akan maju lagi sebagai calon ketua umum PPP," ujarnya.

Hingga berita ini ditayangkan, Kompas.com masih berupaya menghubungi Romi untuk mengonfirmasi hal ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bawaslu Papua Tengah Telat Masuk Sidang dan Tak Dapat Kursi, Hakim MK: Kalau Kurang, Bisa Dipangku

Bawaslu Papua Tengah Telat Masuk Sidang dan Tak Dapat Kursi, Hakim MK: Kalau Kurang, Bisa Dipangku

Nasional
Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Nasional
Dilema Prabowo Membawa Orang 'Toxic'

Dilema Prabowo Membawa Orang "Toxic"

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Nasional
Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Nasional
Menakar Siapa Orang 'Toxic' yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Menakar Siapa Orang "Toxic" yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Nasional
Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com