Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal RUU Pilkada, Sikap Akhir Demokrat di Tangan SBY

Kompas.com - 15/09/2014, 17:19 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Polemik pemilihan kepala daerah langsung atau lewat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dalam Rancangan Undang-Undang Pemilu Kepala Daerah masih menjadi perdebatan di tubuh Partai Demokrat (PD).

Wakil Sekretaris Jenderal Demokrat Ramadhan Pohan mengatakan, pihaknya hingga kini masih membahas RUU Pilkada tersebut walaupun secara pribadi Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono cenderung berharap pilkada langsung tetap dilakukan dengan batasan lebih ketat.

"Banyak varian. Posisi PD, pastinya, di tengah, menjaga keseimbangan. Pilihan yang sesuai dengan etika, aturan, dan akal sehat," kata Pohan ketika dihubungi, Senin (15/9/2014).

Ia mengatakan, Partai Demokrat dalam pembahasan RUU Pilkada bakal mengembalikan pemilihan kepala daerah melalui DPRD. Namun, Pohan mengatakan, pihaknya masih menunggu keputusan akhir oleh SBY.

Sebelumnya, dalam video wawancara di channel Suara Demokrat di YouTube, SBY menyatakan masih ada beberapa opsi untuk tetap menyelenggarakan pilkada langsung, antara lain, gubernur yang merupakan perpanjangan tangan pemerintah pusat dipilih DPRD, tetapi bupati atau wali kota tetap dipilih langsung.

Meskipun demikian, SBY menekankan perlu aturan yang lebih tegas dalam undang-undang untuk mencegah dampak negatif pilkada langsung, misalnya soal tanggung jawab kandidat calon terhadap tindakan massa pendukungnya untuk menghindari aksi kekerasan antarkubu.

"Sikap akhir, nanti diputuskan Majelis Tinggi dipimpin Pak SBY. Artinya, tak sekadar pilih langsung atau tak langsung. Tapi, ada penajaman kuat terhadap pilihan yang diambil," kata Wakil Ketua Komisi I DPR itu.

Bila nantinya Demokrat memilih pilkada langsung, Pohan mengatakan, diperlukan perbaikan kualitas, lalu meminimkan praktik jual beli suara rakyat dan menekan kecurangan serta manipulasi penyelenggara pemilu.

"Kita mengurangi tekanan 'mahar' parpol. Kita tahu, jika tak diperbaiki, tingkat coblos rakyat hanya 40 persen ke bawah, sudah mobilisasi pula. Itu bisa makin merosot lagi, rakyat makin apatis karena faktor-faktor buruk tadi," kata Pohan.

Pohan mengatakan, persoalan pilkada sangat kompleks. Tidak hanya sekadar pilihan langsung atau lewat DPRD. "Tak sekadar langsung pola sekarang atau pola DPRD versi jadul. Jelas perlu ada varian, ada penajaman, perbaikan total," ujar Pohan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

Nasional
Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Nasional
Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Nasional
Menko Polhukam Harap Perpres 'Publisher Rights' Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Menko Polhukam Harap Perpres "Publisher Rights" Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Nasional
Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Nasional
Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Nasional
Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Nasional
Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Nasional
Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Nasional
KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

Nasional
Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Nasional
Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Nasional
Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com