Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

MPR: PBB Kehilangan Raison d'etre

Kompas.com - 30/07/2014, 03:17 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua MPR Hajriyanto Y Thohari menilai Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah kehilangan alasan kehadiran atau raison d'etre-nya jika tidak bisa menghentikan agresi dan kekejaman Israel terhadap bangsa Palestina.

"Kekejaman Israel telah melampaui peradaban umat manusia abad modern abad 21. Apa yang dilakukan oleh Israel telah menjurus pada pembantaian atau genocida terhadap eksistensi Bangsa Palestina," kata Hajriyanto melalui Blackberry Messenger di Jakarta, Selasa (30/7/2014).

Hajriyanto mengatakan, PBB bukan hanya harus bisa menghentikan pembantaian tersebut, melainkan harus bisa membawa Israel ke Pengadilan HAM Internasional atau International Tribunal.

Menurut dia, sudah sangat terlambat bagi PBB untuk segera mengirimkan pasukan di bawah payung lembaga tersebut untuk menghentikan pembantaian kemanusiaan di Jalur Gaza.

"Jika langkah-langkah itu tidak bisa diambil dan dilakukan, maka sungguh PBB telah kehilangan raison d'etre-nya," katanya.

Hal itu, menurut dia, karena tindakan Israel yang sudah memakan korban tewas ratusan warga Palestina, bahkan ratusan anak-anak dan perempuan yang tidak berdaya. Tindakan Israel itu, ujar Hajriyanto, telah mencoreng peradaban modern yang bercirikan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia (HAM).

"Saya nilai peradaban modern yang ditulangpunggungi peradaban bangsa-bangsa Barat sekarang ini telah mengalami kebangkrutan yang luar biasa karena telah membiarkan sebuah pembantaian terjadi di depan matanya," ujarnya.

Negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat dan Uni Eropa, sebagai penguasa dunia dan PBB sekarang ini seharusnya malu hati menyaksikan kejahatan kemanusiaan itu terjadi di hadapannya. Padahal menurut dia, mereka nyata-nyata memiliki kekuatan untuk menghentikan Israel.

Selain itu, menurut dia, konteks dan perspektif pembantaian di Palestina, Organisasi Non Blok dan Organisasi Konperensi Islam (OKI) mutlak harus menekan PBB untuk segera menjatuhkan hukuman kepada Israel.

"Jika tidak saya yakin OKI dan Nonblok juga bisa kehilangan argumen atas kehadiran dirinya sekarang ini," tegasnya.

Dia mengatakan, Nonblok yang dipimpin Iran dan OKI yang dipimpin Turki dan Arab Saudi yang dikenal sangat dekat dengan negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat (AS) seharusnya bisa berbuat banyak serta malu hati membiarkan kekejaman Israel atas bangsa Palestina yang tidak berdaya sekarang ini.

Indonesia menurut politisi Partai Golkar itu, yang juga dikenal dekat dengan negara-negara Barat, sudah waktunya untuk mengambil posisi aktif mendesak OKI dan Nonblok untuk memberikan ultimatum kepada PBB untuk mengambil langkah apapun demi menghentikan secara kategoris pembantaian manusia di Gaza itu.

"Langkah Indonesia itu bukan hanya merupakan omperativum konstitusi, melainkan juga pengejawantahan nilai-nilai Pancasila, terutama Sila Kedua Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab," katanya.

Dia menegaskan apapun alasannya, tindakan Israel yang sudah membunuh ratusan warga Palestina itu bukan hanya melawan HAM, melainkan juga langsung menohok nilai-nilai Pancasila dan Pembukaan UUD 1945.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengusaha Hendry Lie Jadi Tersangka Kasus Korupsi Timah

Pengusaha Hendry Lie Jadi Tersangka Kasus Korupsi Timah

Nasional
Prabowo: Kami Maju dengan Kesadaran Didukung Kumpulan Tokoh Kuat, Termasuk PBNU

Prabowo: Kami Maju dengan Kesadaran Didukung Kumpulan Tokoh Kuat, Termasuk PBNU

Nasional
Prabowo: Saya Merasa Dapat Berkontribusi Beri Solusi Tantangan Bangsa

Prabowo: Saya Merasa Dapat Berkontribusi Beri Solusi Tantangan Bangsa

Nasional
Prabowo Sebut Jokowi Siapkan Dirinya Jadi Penerus

Prabowo Sebut Jokowi Siapkan Dirinya Jadi Penerus

Nasional
Prabowo mengaku Punya Kedekatan Alamiah dengan Kiai NU

Prabowo mengaku Punya Kedekatan Alamiah dengan Kiai NU

Nasional
Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show 'Pick Me Trip in Bali'

Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show "Pick Me Trip in Bali"

Nasional
Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Nasional
Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Nasional
Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Nasional
Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Nasional
Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Nasional
Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Nasional
Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Nasional
Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Nasional
Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com