Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Klarifikasi Kisruh Pemilu di Hongkong, KPU Putar Video "Saksi"

Kompas.com - 08/07/2014, 00:32 WIB
Deytri Robekka Aritonang

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Pemilihan Umum (KPU), Senin (7/7/2014), mempertontonkan video kisruh pemungutan suara di tempat pemungutan suara (TPS) di Victoria Park, Hongkong, Minggu (6/7/2014).

Video tersebut merekam seorang tenaga kerja Indonesia (TKI) perempuan yang mengatakan ada panitia mensyaratkan calon tertentu dipilih untuk TPS bisa dibuka lagi.

Dalam video berdurasi 37 detik itu, TKI berambut panjang ini mengatakan akan melakukan demonstrasi jika sampai calon presiden Prabowo Subianto memenangi Pemilu Presiden 2014.

"Ada mbak-mbak yang bilang, (TPS) ini mau dibuka kalau kita pilih Prabowo. Enak aja, orang semua pada milih Jokowi," kata perempuan itu.

Perempuan tersebut melanjutkan bahwa pernyataan soal "syarat" memilih calon tertentu itu dilontarkan oleh perempuan yang merupakan salah satu panitia pemilihan.

"Pakai baju hijau, jilbab, pakai kacamata tas gendongan. Panitia," sebut perempuan tersebut sambil terlihat menjauhi kamera perekam video.

Anggota KPU Sigit Pamungkas mengatakan video ini merupakan dokumentasi milik Migrant Care yang diserahkan kepada KPU.

Sebelumnya, beredar video kekisruhan pemungutan suara di Victoria Park. Dalam video itu terekam ratusan TKI gagal memberikan suara.

Dalam video tersebut, para TKI juga terekam menyatakan kekecewaan karena tak ada tambahan waktu buka TPS untuk mereka bisa memberikan suara untuk Pemilu Presiden 2014.

Video ini diunggah oleh akun bernama Vina Nurita di Youtube. Para TKI dalam video berdurasi 4 menit 25 detik tersebut, para TKI itu menduga ada kecurangan.

Terlihat pula dalam video tersebut wajah "panitia" yang diduga melakukan kecurangan. Terlihat para pemilih memegang telepon genggam masing-masing untuk turut merekam kericuhan.

Beredar pula kabar versi lain bahwa pernyataan TPS hanya akan dibuka kembali bila pemilih memilih kandidat tertentu itu datang dari celetukan Sigit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang 'Hoaks'

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang "Hoaks"

Nasional
Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok 'Kepedasan' di Level 2

Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok "Kepedasan" di Level 2

Nasional
Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Nasional
Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Nasional
May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

Nasional
Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Nasional
Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran 'Game Online' Mengandung Kekerasan

Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran "Game Online" Mengandung Kekerasan

Nasional
Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi 'May Day', Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi "May Day", Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Nasional
Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi 'May Day' di Istana

Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi "May Day" di Istana

Nasional
Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Nasional
Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Nasional
Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Nasional
Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Nasional
Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com