JAKARTA, KOMPAS.com — Hasil penelitian Remotivi, stasiun televisi Metro TV lebih banyak memberitakan hal positif tentang calon presiden Joko Widodo (Jokowi). Sebaliknya, pemberitaan mengenai capres Prabowo Subianto lebih banyak ke arah negatif.
Koordinator Divisi Penelitian Remotivi, Muhamad Heycahel, mengatakan, sisi positif Jokowi lebih banyak diberitakan berdasarkan survei elektabilitas. Mengenai Prabowo, Metro TV lebih banyak memberitakan tentang persoalan hak asasi manusia (HAM).
"Pemberitaan positif untuk Jokowi yang dilakukan oleh Metro TV dan dicapai lewat survei pemilih yang selalu menempatkannya di atas pasangan nomor urut satu," kata Heycahel di Jakarta Pusat, Jumat (4/7/2014).
Heycahel menjelaskan, setidaknya sebanyak 8 persen porsi pemberitaan di Metro TV terkait survei. Jokowi ditampilkan sebagai sosok yang sederhana, misalnya menumpang bajaj ketika hendak mengambil nomor urut di Gedung KPU (12 persen porsi).
Kinerja Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta juga mendapatkan pemberitaan yang positif di Metro TV (9 persen). Porsi pemberitaan positif tentang Jokowi yang paling besar adalah mengenai dukungan berbagai ormas (59 persen).
Sebaliknya, Metro TV menampilkan sosok Prabowo melalui pemberitaan negatif. "Wajah Prabowo ditampilkan sebagai pelanggar hak asasi manusia," kata Haycahel.
Porsi siaran Metro TV terkait topik HAM mencapai 24 persen. Prabowo juga pernah diberitakan secara negatif karena penyalahgunaan simbol garuda sebagai atribut kampanye (21 persen).
Selain itu, Metro TV juga mengangkat topik Prabowo sebagai pro-Amerika (5 persen), dugaan pelanggaran kampanye oleh Prabowo (24 persen), kampanye hitam (10 persen), dan lain-lain (10 persen).
Catatan dalam penelitian ini menunjukkan kehadiran dua pasang capres-cawapres melalui sejumlah variabel, yakni frekuensi, durasi, durasi penonjolan, nada pemberitaan, dan topik berita.
Materi tayangan televisi yang digunakan untuk keperluan analisis diperoleh dari rekaman yang dilakukan Remotivi, sementara sebagian lainnya didapat dari Komisi Penyiaran Indonesia. Penelitian ini terselenggara atas dukungan dana Yayasan Tifa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.