JAKARTA, KOMPAS.com — "Masyarakat sudah tidak mau keluar uang, yang ada adalah transaksi. Wani piro. Jika Anda ingin menggerakkan mesin, Anda harus punya oli, Anda harus punya bensin. Saya tidak percaya adanya volunterisme."
Begitulah ucapan anggota tim sukses pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, Pius Lustrilanang, mengomentari kampanye yang dilakukan Blasius Hariyadi atau akrab disapa Harry van Yogya ketika mendukung pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla dalam Pilpres 2014.
Aksi Harry dan komentar Pius itu dimasukkan dalam satu video berjudul "Harry van Yogya", yang diunggah oleh akun "Jakartanicus" ke YouTube.
Harry adalah tukang becak di Yogyakarta. Harry bersama rekan seprofesinya, Abuanto, yang kebetulan mangkal bareng, menggenjot becak dari Yogyakarta menuju Jakarta. Start dari titik nol kilometer Yogyakarta pada 13 Juni, keduanya mengayuh becak masing-masing ke Jakarta sebagai bentuk dukungan untuk Jokowi-JK.
"Apa istimewanya? Banyak orang cari sensasi sepanjang republik ini berdiri. Berjalan kaki, berjalan mundur, sama saja. Enggak ada istimewa," kata Pius ketika diwawancarai.
"Dia menikmati, dia memang tukang becak. Jangan-jangan dengan begitu penghasilannya justru lebih banyak daripada genjot becak biasa," kata mantan aktivis tersebut.
Pius mengaku bisa membuat hal yang sama. Bahkan, lebih besar dari aksi Harry dan Abuanto. Mungkin, kata dia, melibatkan 500 tukang becak di 500 kota.
Pius juga tidak percaya rakyat benar-benar menyumbangkan uang untuk biaya kampanye Jokowi-JK. Setidaknya, hingga Sabtu (28/6/2014) pukul 10.00 WIB, total sumbangan yang masuk mencapai lebih dari Rp 99,5 miliar.
"Omong kosong orang nyumbang, mana ada orang nyumbang. Yang ada tim sukses Jokowi membagikan uang kepada sejumlah orang lalu meminta orang itu memasukkan kembali uang yang sudah dibagikan ke dalam bank," kata politisi Partai Gerindra itu.
Pius adalah anggota DPR dari daerah pemilihan Nusa Tenggara Timur I. Ketika pemilu legislatif 9 April lalu, ia kembali terpilih dengan perolehan 55.432 suara.
Modal dengkul
Dalam video yang sama, Jokowi menghadiri pertemuan yang digelar komunitas dunia maya atau netizen di Hotel Lumire, Senen, Jakarta Pusat, Kamis (26/6/2014) malam. Dalam acara itu, Harry dan Abuanto dipertemukan dengan Jokowi.
Di atas panggung, Harry bercerita, ia dan Abuanto tidak bisa menyumbang uang untuk kampanye Jokowi-JK. "Kami berdua hanya punya dengkul. Kami niat secara tulus membantu dengan dengkul-dengkul kami," kata Harry disambut riuh tepuk tangan para netizen.
Tak hanya sekadar menggenjot pedal becak, Harry melanjutkan cerita, ia dan rekannya juga menampung aspirasi dan sumbangan dana dari warga yang dilewati. Langkah itu dilakukan lantaran banyak masyarakat yang ingin membantu, meski hanya ribuan rupiah, tetapi tidak mengerti bagaimana caranya.
"Ternyata sambutan masyarakat sangat luar biasa," kata penulis buku The Becak Way itu. Dua kotak berisi harapan warga dan sumbangan uang lalu diberikan kepada Jokowi.
Jokowi mengaku terenyuh mendengar pengakuan Harry. Ia kembali ingat bantuan dari warga miskin lainnya di berbagai daerah. Bagi Jokowi, sumbangan seadanya dari warga yang ditemuinya itu sebuah beban yang sangat berat. Harapan banyak orang itu masuk ke pikiran dan hati.
"Mereka ingin apa sih? Mereka ingin harapan ke depan lebih baik. Hanya itu aja," kata Jokowi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.