Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akankah Jokowi Kalahkan Bowo Lagi?

Kompas.com - 20/05/2014, 20:50 WIB

Calon presiden yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Joko Widodo, akhirnya memilih Jusuf Kalla sebagai calon wakil presiden dalam Pemilihan Presiden 2014-2019. Jusuf Kalla adalah Wakil Presiden RI pada 2004-2009. Sementara itu, Prabowo Subianto, calon presiden yang diusung Partai Gerindra, memilih Hatta Rajasa, Ketua Umum Partai Amanat Nasional, sebagai cawapresnya. Apa plus-minus pasangan ini? Dr Harris Turino, Doktor Manajemen Strategis dan pengajar Universitas Prasetiya Mulya, menuliskan catatannya.

Masih segar dalam ingatan kita saat pasangan Jokowi-Ahok ”dikeroyok” banyak partai politik dalam Pemilihan Gubernur DKI.

Saat itu, lawannya adalah seorang gubernur petahana yang memiliki seluruh sumber daya yang boleh dibilang tidak terbatas. Terlebih lagi, saat itu, Jokowi belum menjadi tokoh yang seterkenal sekarang. Dia hanyalah seorang Wali Kota Solo.

Hasil survei juga tak satu pun yang mengunggulkan Jokowi untuk mampu memenangi pemilu. Bahkan, hampir semua survei memprediksi gubernur petahana mampu mengalahkan pasangan Jokowi-Ahok dalam satu putaran.

Terlebih lagi, calon wagub Jokowi, yaitu Basuki Tjahaja Purnama, yang dikenal dengan nama Ahok, ketika itu dinilai sebagai aset negatif dalam pemilihan gubernur.

Ditinjau dari karier politiknya, Ahok hanya seorang mantan Bupati Belitung Timur, sebuah kabupaten kecil yang kalah telak dalam Pemilihan Gubernur Bangka Belitung. Ahok adalah keturunan Tionghoa dan Kristen. Akan tetapi, ternyata pasangan Jokowi-Ahok mampu mengalahkan Fauzi Bowo dengan angka telak. Hasil Pemilihan Gubernur DKI kali ini benar-benar di luar prakiraan para pengamat.

Apa sebenarnya rahasia kemenangan Jokowi dalam Pemilihan Gubernur DKI? Ternyata hanya satu, yaitu rakyat perlu perubahan. Jokowi-Ahok dipandang sebagai sosok yang mampu membawa perubahan.

Kali ini, dalam menghadapi pemilihan presiden pada Juli nanti, Jokowi didukung partai pemenang pemilu, PDI Perjuangan, dan beberapa partai lain, seperti Partai Nasdem, PKB, dan Partai Hanura.

Kiprah Jokowi sebagai Gubernur DKI selama ini dipandang memang berhasil membawa perubahan yang signifikan bagi masyarakat Jakarta walaupun tentu saja masih banyak pekerjaan rumah yang belum diselesaikan oleh Jokowi.

Perbaikan Waduk Pluit, penataan Pasar Tanah Abang, dan dimulainya pembangunan MRT di Jakarta adalah proyek fenomenal sebagai bukti kesuksesan Jokowi dalam memimpin Jakarta.

Hampir semua lembaga survei juga mengunggulkan Jokowi untuk memenangkan pemilu pilpres Juli mendatang. Bahkan, sempat beredar pemeo yang mengatakan bahwa, dipasangkan dengan monyet pun, Jokowi akan mampu memenangi pilpres.

Apalagi, kali ini, Jokowi dipasangkan dengan Jusuf Kalla, yang merupakan tokoh Nahdlatul Ulama, salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia.

Jusuf Kalla juga terkenal sebagai ”the real president” dengan banyak capaian ketika mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam termin pertama pemerintahannya.

Jusuf Kalla berhasil mencapai perdamaian di Aceh yang sudah didera konflik selama berpuluh tahun. Demikian pula dengan penyelesaian konflik di Maluku. Sejarah mencatat bahwa Jusuf Kalla adalah orang yang paling berperan di balik semua itu.

Dari sisi media, dalam menghadapi pilpres mendatang, pasangan Jokowi-Jusuf Kalla mendapatkan dukungan yang penuh dari Surya Paloh sebagai pemilik Metro TV, satu stasiun televisi yang menjadi corong.

Akan tetapi, kali ini lawan yang dihadapi oleh Jokowi juga tergolong ”kelas berat”. Pasangan Prabowo-Hatta juga didukung Aburizal Bakrie yang memiliki corong media yang berpengaruh.

Di samping itu, Partai Gerindra juga dipersepsikan sebagai partai perubahan dan bahkan mampu menjadi partai ketiga yang berhasil meraih suara terbanyak dalam pemilu legislatif.

Apakah kali ini Jokowi mampu mengulang sukses besar ketika dia mengalahkan Fauzi Bowo dalam Pemilihan Gubernur DKI? Mungkinkah Jokowi kali ini mampu kembali mendulang sukses dengan mengalahkan Bowo kedua, yaitu Prabowo Subianto?

Kita tunggu pilihan yang akan dijatuhkan rakyat pada 9 Juli mendatang.

DR HARRIS TURINO
Doktor Bidang Manajemen Strategis; Pengajar Universitas Prasetiya Mulya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pengamat Intelijen: Masyarakat Harus Beri Dukungan untuk Perbaikan

Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pengamat Intelijen: Masyarakat Harus Beri Dukungan untuk Perbaikan

Nasional
Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Rp 37 Miliar karena Kabulkan PK Eks Terpidana Megapungli di Pelabuhan Samarinda

Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Rp 37 Miliar karena Kabulkan PK Eks Terpidana Megapungli di Pelabuhan Samarinda

Nasional
Ditanya soal Ikut Dorong Pertemuan Megawati-Prabowo, Jokowi Tesenyum lalu Tertawa

Ditanya soal Ikut Dorong Pertemuan Megawati-Prabowo, Jokowi Tesenyum lalu Tertawa

Nasional
Berhaji Tanpa Visa Haji, Risikonya Dilarang Masuk Arab Saudi Selama 10 Tahun

Berhaji Tanpa Visa Haji, Risikonya Dilarang Masuk Arab Saudi Selama 10 Tahun

Nasional
Kuota Haji Terpenuhi, Kemenag Minta Masyarakat Tak Tertipu Tawaran Visa Non-haji

Kuota Haji Terpenuhi, Kemenag Minta Masyarakat Tak Tertipu Tawaran Visa Non-haji

Nasional
Sengketa Pileg, Hakim MK Sindir MU Kalah Telak dari Crystal Palace

Sengketa Pileg, Hakim MK Sindir MU Kalah Telak dari Crystal Palace

Nasional
Wakil Ketua MK Sindir Nasdem-PAN Berselisih di Pilpres, Rebutan Kursi di Pileg

Wakil Ketua MK Sindir Nasdem-PAN Berselisih di Pilpres, Rebutan Kursi di Pileg

Nasional
PDI-P Berada di Dalam atau Luar Pemerintahan, Semua Pihak Harus Saling Menghormati

PDI-P Berada di Dalam atau Luar Pemerintahan, Semua Pihak Harus Saling Menghormati

Nasional
Dua Kali Absen, Gus Muhdlor Akhirnya Penuhi Panggilan KPK

Dua Kali Absen, Gus Muhdlor Akhirnya Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Ganjar Tegaskan Tak Gabung Pemerintahan Prabowo, Hasto: Cermin Sikap PDI-P

Ganjar Tegaskan Tak Gabung Pemerintahan Prabowo, Hasto: Cermin Sikap PDI-P

Nasional
Kelakuan SYL Minta Dibayarkan Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta, Bawahan Kebingungan

Kelakuan SYL Minta Dibayarkan Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta, Bawahan Kebingungan

Nasional
Gibran Siap Berlabuh ke Partai Politik, Golkar Disebut Paling Berpeluang

Gibran Siap Berlabuh ke Partai Politik, Golkar Disebut Paling Berpeluang

Nasional
PPDS Berbasis Rumah Sakit, Jurus Pemerintah Percepat Produksi Dokter Spesialis

PPDS Berbasis Rumah Sakit, Jurus Pemerintah Percepat Produksi Dokter Spesialis

Nasional
Polisi dari 4 Negara Kerja Sama demi Tangkap Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polisi dari 4 Negara Kerja Sama demi Tangkap Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Soal Peluang Duetkan Anies-Ahok, PDI-P: Masih Kami Cermati

Soal Peluang Duetkan Anies-Ahok, PDI-P: Masih Kami Cermati

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com